Dunia Terancam Virus Zika
Selasa, 26 Januari 2016 12:00 WIBOleh dr Achmad Budi Karyono
Oleh dr Achmad Budi Karyono
DALAM dua minggu ini dunia tidak hanya dihebohkan anjloknya harga minyak, tetapi juga munculnya virus penyakit ‘baru’, yakni Zika Virus. Memang pembicaraan Zika Virus belum meluas di negeri tercinta ini. Namun dunia kesehatan internasional sudah mengabarkannya secara luas. Sampai CDC (Centre of Desease Control and Prevention) menerbitkan travel warning ke beberapa negara yang dianggap endemik adanya virus tersebut.
Sebenarnya virus ini tidak jauh dari virus penyebab DBD atau Cikungunya. Tetapi yang menghebohkan adalah dampak infeksi dari virus ini ketika terpapar kepada ibu yang sedang hamil. Akibat virus itu, bayi yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi virus ini saat hamil, akan mengalami microcephaly, atau ukuran otak yang kecil karena tidak berkembang di dalam kandungan. Sehingga sangat merusak masa depan masyarakat dunia.
Virus Zika adalah sejenis virus penyebab demam berdarah ataupun virus penyebab cikungunya, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegipty. Pada manusia, hal itu menyebabkan sakit ringan yang dikenal sebagai demam Zika atau penyakit Zika, yang sejak tahun 1950-an telah diketahui terjadi di daerah khatulistiwa dari Afrika ke Asia.
Pada tahun 2014, virus menyebar ke arah timur melintasi Samudera Pasifik, sampai ke pulau-pulau kecil. Dan, pada 2015 menyebar ke Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan, dimana wabah Zika telah mencapai tingkat endemi. Penyakit ini seperti bentuk ringan dari demam berdarah, seakan hanya perlu istirahat, tidak dapat dicegah dengan obat-obatan atau vaksin.
Sejak April 2015, wabah Virus Zika yang sedang berlangsung dimulai dari Brazil telah menyebar ke Selatan dan Amerika Tengah serta Karibia. Pada Januari 2016, CDC mengeluarkan peringatan perjalanan level 2 bagi orang-orang yang bepergian ke daerah dan negara tertentu di mana penularan Virus Zika sedang berlangsung. Badan ini juga menyarankan bahwa wanita yang berencana akan hamil harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum bepergian, terutama ke negara tersebut.
Pemerintah atau lembaga kesehatan beberapa negara seperti dari Inggris, Irlandia, Selandia Baru, Kanada dan Uni Eropa, segera mengeluarkan peringatan perjalanan yang sama. Di Kolombia, Menteri Departemen Kesehatan dan Perlindungan Sosial, menganjurkan untuk menghindari kehamilan selama delapan bulan ke depan. Sedangkan negara-negara Ekuador, El Salvador, dan Jamaika telah mengeluarkan peringatan serupa.
Sebenarnya penyakit ini tidak seberapa menakutkan dan mematikan. Namun yang paling dikhawatirkan adalah efek jejak jangka panjangnya bagi generasi berikutnya. Hal inipun kalau terpapar pada ibu hamil. Karena dalam penelitian pada 2015 Virus Zika terdeteksi dalam cairan ketuban dari dua janin, menunjukkan bahwa itu sudah melewati plasenta dan dapat menyebabkan infeksi janin.
Pada Januari 2016 ini, para ilmuwan dari negara Brasil, mendeteksi materi genetik dari Virus Zika dalam plasenta dari seorang ibu yang telah menjalani aborsi karena janin mengalami microcephaly. Bukti ini menegaskan bahwa virus ini mampu melewati plasenta.
Gejala umum dari infeksi Virus Zika adalah sakit kepala ringan sampai berat, kulit memerah seperti bagag, demam, lemas, mata merah, dan nyeri sendi. Kasus pertama yang terdokumentasi infeksi Virus Zika ditemukan pada 1964. Itu dimulai dengan sakit kepala ringan, dan berlanjut ke kulit yang memerah seperti gabag, demam, dan nyeri punggung. Dalam waktu dua hari, warna kulit mulai memudar, dan dalam waktu tiga hari demam menurun dan hanya kulit memerah saja.
Sejauh ini, demam Zika merupakan penyakit yang relatif ringan, dengan hanya satu dari lima orang mengalami komplikasi, tanpa korban jiwa, namun potensi yang sebenarnya sebagai agen virus penyakit tidak diketahui.
Pada 2016 ini belum ada vaksin atau obat pencegahan yang tersedia. Gejala dapat diobati dengan parasetamol. Sedangkan obat anti nyeri harus digunakan hanya ketika demam berdarah dengue telah dikesampingkan untuk mengurangi risiko perdarahan.
Dampak dari infeksi Virus Zika yang terjadi selain pada ibu hamil, ditemukan penyebaran penyakit itu pada kepulauan Polinesia. Dalam epidemi di kepulauan Polinesia Perancis, 73 kasus sindrom Guillain-Barré dan kondisi neurologis lainnya terjadi dari populasi 270.000, yang mungkin merupakan komplikasi dari virus Zika. Sehingga beberapa negara Uni Eropa sangat ketat melakukan travel warning ke dan dari daerah epidemi.
Apakah di negara kita Indonesia belum terpapar, atau mungkin sudah, namun terdeteksi sebagai demam berdarah atau cikungunya, masih belum ada informasi. Karena ketiga penyakit tersebut memang dari jenis keluarga virus yang sama, dengan gejala yang mirip pula, serta penanganan yang serupa.
Yang penting kita semua harus selalu waspada pada cara mencegahnya. Sama persis kalau kita melakukan pencegahan terhadap demam berdarah. Pencegahan ini tidak bisa hanya kita limpahkan pada pemerintah saja. Tetapi kita sebagai masyarakat harus berpartisipasi melakukan bersama. Tidak perlu menunggu musim demam berdarah tiba, seharusnya setiap saat kita harus tetap melakukan 3M plus plus plus, agar lingkungan kita selalu terjaga higienis. Semoga kita selalu sehat. (*)
*) Penulis adalah Sie Pengabdian Masyarakat IDI Cabang Bojonegoro.
Foto dari lampost.co