Sosok Ideal Pimpinan Muhammadiyah Bojonegoro dari Kacamata Angkatan Muda
Jumat, 19 Februari 2016 21:00 WIBOleh Sugito
Oleh Sugito
BOJONEGORO adalah sebuah kabupaten yang unik, dengan wilayah yang memiliki tanah gerak. Jika musim hujan banjir, musim kemarau kering. Ibarat kata Jawa, tiga gak isa cewok, rendeng gak isa ndodok'. Namun dibalik itu Bojonegoro memiliki potensi yang sangat besar sebagai lumbung pangan dan lumbung energi negeri ini.
Muhammadiyah memiliki langkah yang taktis untuk ikut andil dalam pembangunan membawa kemajuan Bojonegoro. Dengan amal usaha yang tumbuh pesat, baik dari sisi pendidikan, sosial kemanusiaan, dan kemandirian ekonomi, memberikan warna dan corak tersendiri yang kini dibilang sebagai organisasi mandiri. Nah tentu semua apa yang dimiliki Muhammadiyah Bojonegoro tidak bim salabim. Namun membutuhkan perjuangan dan kucuran keringat dengan proses yang panjang dari semua unsur pimpinan dan warga Muhammadiyah pada umumnya.
Suksesi pemilihan Pimpinan Daerah Muhammadiyah besok tanggal 21 Februari 2016 merupakan titik terang dalam mewujudkan gerakan pencerahan menuju Bojonegoro berkemajuan.
Untuk menjelaskan seorang Pimpinan Muhammadiyah secara utuh tidaklah mudah. Karena beragam sehingga tidak mudah untuk digeneralisasi. Keberagaman itu bahkan semakin tampak kompleks ketika ditarik pada konsep-konsep normatif, yang tidak jarang pula bersifat pusparagam dan multitafsir.
Dunia empiris dan normatif tidak terlepas dari kontruksi yang membuatnya, maka pada akhirnya bersifat relatif dan subjektif. Sehinga ada pihak yang mengatakan konsep kepemimpinan dipandang ideal itu pada sisi akhlaq. Sementara yang lain pada aspek intelektual atau muamalah dan sebagainya. Dengan tafsiran masing-masing sesuai dengan referensi dan fokus perhatian.
Sikap dan pemahaman yang bersifat relatif semacam itu juga penting agar tidak terjebak pada memutlakkan suatu pandangan dan menjadikan idealisasi sebagai dogma. Sebab, ketika sebuah pandangan itu dimutlakkan dan kemudian menjadi hegemoni, biasanya akan mudah dijadikan parameter tunggal yang tidak jarang dipakai untuk alat menghakimi atau memvonis tanpa perspektif yang luas. Padahal sejatinya, aspek kepemimpinan sungguh merupakan area yang penuh dinamika dan tidak sepenuhnya dapat dicandra sekedar dengan norma-norma ideal. Lebih-lebih dengan patokan norma yang masih diperdebatkan dan bersifat multi interprestasi.
Maka harapan kami dari kalangan kaum muda, agar pimpinan yang akan datang bisa totalitas dan menjadi figur teladan sehingga yang menjadi acuan. Harapan kami adalah:
1. Nilai-nilai Islam termasuk akhlak wajib menjadi pondasi pimpinan.
2. Memiliki jiwa entrepteneurshif, keberanian, kreatif, inovatif, tahan terhadap tantangan hidup serta sanggup dalam menangkap dan mewujudkan sebuah peluang.
3. Spirit dan komitmen pemimpin Muhammadiyah haruslah kuat dan optimal dalam menjalankan kepemimpinan yang dilandasi keikhlasan, pengkhidmatan dan amal saleh untuk memajukan umat melalui Muhammadiyah.
4. Konsistensi antara nilai dengan tindakan, tidak pecah kongsi antara kata dan perbuatan
pemimpin yang terbuka dan kepemimpinannya bersifat demokratis.
Dengan musyawarah daerah kali ini semoga Muhammadiyah Bojonegoro menjadi kekuatan sistem yang solid. Amin.
*) Penulis adalah Ketua Pemuda Muhammadiyah Bojonegoro