Apakah Jalan Hijrah Itu?
Senin, 22 Februari 2016 09:00 WIBOleh Nasruli Chusna
*Oleh Nasruli Chusna
Sepasang suami istri terpaku di depan rumah. Sekitar 5 detik mereka tersesak oleh keharuan. Tiba-tiba tumpahlah air mata bahagia dari keduanya. Dengan tangan gemetar, suami memberi nafkah sebesar Rp 55.000 yang merupakan bisyaroh dari mengisi khutbah Jumat di salah satu masjid. Keharuan sang istri tak kalah pecah. Dia juga menerimanya dengan tangan gemetar. Kemudian mencium kedua tangan suaminya penuh takdzim.
Peristiwa di atas adalah salah satu adegan dalam film hijrah cinta. Film yang mengangkat kisah perjalanan hidup Ustadz Jefri Al-Bukhori (Uje) atau dikenal dengan sebutan ustadz gaul. Sepanjang perjalanannya menempuh jalan dakwah, Uje memiliki jamaah yang sangat banyak. Suara merdu serta diksi yang tak menggurui membuat dakwahnya diterima semua kalangan. Mulai dari preman hingga selebritis berbondong-bondong mengantarkannya hingga peristirahatan terakhir.
Dalam ceramah-ceramahnya, baik di televisi maupun masyarakat langsung, Uje tak segan menceritakan tentang sisi kehidupannya yang kelam. Dunia malam, narkoba dan budaya hedonis adalah hal yang pernah akrab dengan dirinya. Karena itulah dia juga sempat diusir oleh almarhum bapaknya.
Di tengah kehidupannya yang morat-marit, hati Uje tertambat pada Pipik dan akhirnya menikah. Bagi Pipik, tentu bukan hal yang mudah menikah dengan seorang pengangguran. Lebih parah lagi adalah seorang pecandu obat-obatan terlarang. Pipik yang kala itu merupakan karyawan salah satu perusahaan Jepang di Jakarta harus menjadi tulang punggung rumah tangga mereka. Termasuk menyisihkan gajinya untuk membeli narkoba bagi suaminya.
Semua itu dilakukan karena tidak tega melihat suaminya menderita. Hingga akhirnya dia memutuskan berhenti dari pekerjaan karena ingin merawat Uje. Sehingga Uje, sebagai kepala rumah tangga, harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apalagi Pipik juga sedang mengandung anak pertama mereka. Hingga anak mereka lahir, Uje masih belum bisa menjadi suami yang bertanggung jawab.
Tawaran mengisi khutbah Jumat datang dari sang kakak, Ustadz Aswan. Sempat ragu apakah dia mampu, akhirnya Uje berangkat memakai jasa ojek langganannya. Pada majelis itu isi khutbah Uje begitu menyentuh para jamaah. Jamaah begitu terenyak menyimak Uje menceritakan kisah pribadinya. Bisyaroh khutbah Jumat sebesar Rp75.000 itu menjadi nafkah halal pertama yang diberikan Uje pada Pipik. Rp 20.000 diberikan pada tukang ojek, Rp 55.000 diberikan pada Pipik.
Film hijrah cinta merupakan episode kecil dari seorang Uje kembali ke peraduan Tuhannya. Sang sutradara, Indra Gunawan, berhasil membuat kisah ini tidak menggurui. Sebagaimana sering tampak pada film-film bernapas Islami lain. Salah satu keberhasilan lain juga ditunjukkan oleh pemeran tokoh Uje, Alfie Afandy. Dari gestur, suara dan sikap hampir menyerupai sang ustadz gaul.
Sosok penting di film ini atas hijrahnya sang ustadz gaul dari lembah hitam adalah sang istri, Pipik Dian Irawati. Di film ini diperankan oleh Revalina S. Temat. Revalina membawakan karakter Pipik dengan menyakinkan. Tidak heran, dia memang sudah membintangi berbagai judul sinetron dan layar lebar. Tidak heran, dalam film ini, tampak betapa kehadiran istri, menjadi jalan bagi suami untuk hijrah.
Ilustrasi foto www.liputan6.com
*Penulis adalah jurnalis BBC, pegiat komunitas Langit Tobo