Sejenak Bersama Ustad Zainudin
Pemimpin Harus Menjadi Contoh yang Baik
Minggu, 12 Juni 2016 09:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Ramadan minggu pertama ini kita akan mengenal sosok religius dari ormas Muhammadiyah Bojonegoro. Namanya tidak asing di kalangan warga Muhammadiyah. Tak lain adalah Ustad Zainudin.Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammdiyah Kabupaten Bojonegoro selama dua periode, yaitu 2005-2010 dan 2010-2015.
Kedua orangtua beliau asli Bojonegoro, namun migrasi ke Lumajang untuk kepentingan berdagang. Kemudian lahirlah Ustad Zainudin di Lumajang. Masa kecil beliau dihabiskan di Lumajang, sampai tahun 1967 baru beliau pindah ke Bojonegoro dan menetap.
"Hal menarik yang saya ingat saat masa kecil di bulan Ramadan seperti sekarang adalah masa kecil yang bebas tetapi terarah. Siang sekolah dan malamnya mengaji," ungkap beliau mengenang masa lalu.
Beliau juga menyebutkan bahwa sejak kelas dua sampai dengan kelas enam SD, dirinya selalu tidur di langgar. Selain itu, beliau digembleng dengan pelajaran agama, termasuk baca Al-Quran. Terlebih saat bulan Ramadan seperti ini.
Beliau bercerita, "Kyai yang menggembleng saya itu pernah mondok di Gontor Ponorogo.”
Karena itulah, beliau merasa sangat beruntung bisa mengecap pendidikan di Institut Pendidikan Darussalam Gontor, Ponorogo. Setelah menetap di Bojonegoro tahun 1967, beliau mengajar di Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah (TMI) Sumberrejo, yang merupakan setingkat dengan SMP atau MTS, sambil kerja di perusahaan keluarga. Beliay menjadi guru selama tuga tahun, setelah itu hanya menjadi pengurus saja.
Pola pendidikan yang diterima sejak kecil juga diterapkan pada anak-anaknya, yaitu menekankan pada pendidikan agama. "Sejak 4 anak laki-laki saya masih SD, sudah saya arahkan untuk menempuh pendidikan seperti ayahnya. Meski tidak harus di pondok Gontor. Karena belum tentu mereka siap mental belajar di pondok. Tentunya sebagai orangtua, saya tidak baik memaksakan kehendak," tutur beliau.
Meski ada kebebasan untuk memilih lembaga pendidikan pada keempat anak lelakinya, Ustad Zainudin tetap mengarahkan agar mengambil kuliah di universitas milik Muhammadiyah. Dan keempat anaknya pun menurutinya.
"Dengan berada di lingkungan Muhammadiyah, mereka berada di kampus yang mengajarkan agama dan pelajaran kemuhammadiyahan, agar mereka tidak ketinggalan pelajaran agama, dan mereka enjoy berada di sana," ujarnya.
Ustad Zainudin juga membagi pengalamannya sebagai orangtua untuk membentengi anak-anak terhadap banyaknya kekerasan yang terjadi saat ini.
"Pengalaman saya menjadi orangtua yang baik tidak usah muluk-muluk. Paling tidak kita memberi contoh yang baik pada anak-anak. Tentu sambil terus memantau perkembangan anak-anak. Kekerasan itu terjadi biasanya karena anak-anak merasa tidak diorangkan. Jadi tentunya, sejak dini orang tua bisa menjadi contoh yang baik untuk anak. Selain itu tentunya harus mengawasi dan mengorangkan mereka. Sederhana tapi lumayan berat,” tegas beliau.
Selama menjadi ketua PDM dua periode, banyak kesan yang diperolehnya. Terutama beliau merasa heran kok dipercaya umat untuk menjadi ketua PDM kabupaten.
Selain itu setelah menjadi pemimpin, ustad Zainudin bertekad bahwa amanat organisasi itu harus betul betul dikuasai dan dipahami agar tidak ragu melangkah dan tepat sasaran. "Yang terakhir adalah ternyata pimpinan harus menjadi contoh yang baik agar semua urusan selesai dengan baik pula," tandasnya.(ver/moha)