Lampaui Keterbatasan, Dermakan Diri Untuk Kesehatan dan Pendidikan
Kamis, 10 November 2016 17:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
DALAM keadaan normal, seseorang dapat melakukan kegiatan secara maksimal. Dengan demikian hasil dan prestasi yang didapat juga sesuai harapan. Lalu bagaimanakah dapat meraih hasil maksimal dengan kondisi tubuh mengalami keterbatasan?
Seorang penyandang disabilitas folio, Roni Setianto (43), mampu membuktikan bahwa dengan keterbatasan mampu meraih prestasi maksimal. Bahkan kadar manfaat yang disebarkannya melebihi orang-orang biasa. Mengawali karir sebagai praktisi di bidang kesehatan, kini dia mendermakan diri juga pada dunia pendidikan.
Lulus sarjana apoteker dan prodesi dari Universitas Airlangga (Unair) tahun 1998, Rony memulai karirnya di Kecamatan Sumberejo. Kala itu dia sempat menolak jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), lantaran hendak ditempatkan di Papua. Dia sendiri merupakan putra ke 3 dari 4 bersaudara.
"Waktu itu termasuk 2 mahasiswa dari Pacitan yang diterima Unair. Dengan keadaan seperti ini sempat disangsikan oleh kampus, dan tidak ada perlakuan khusus dengan kondisi tubuh saya," imbuh Rony di SMK Farmasi Bojonegoro.
Keadaan seperti itu tidak membuatnya patah arang. Dia hanya bertekad bahwa bisa melalui semuanya dengan kerja keras. Dan keterbatasannya tidak dianggap sebagai hambatan untuk berprestasi.
Bahkan pada tahun 2011-2014 Roni kembali menempuh pendidikan S-1. Mengejutkan, dia menjadi lulusan terbaik Universitas Darul Ulum (Unisda) Lamongan pada jurusan Manajemen Ekonomi. Menurutnya pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang kesuksesan.
Dari kecil Rony memang sudah terbiasa dengan hidup dengan kerja keras. Ayahnya seorang tentara. Dan ibunya seorang pedagang sayur. Tiap pagi di harus membawa barang dagangan ibunya. Kerapkali dia harus mendapat gunjingan dari teman-temannya. Pad awalny dia hidup normal, baru pada usia 2 tahun diketahui dirinya mengidap folio.
"Saat ini yang kita perjuangkan bersama adalah mendorong teman-teman sesama anggota PDKB untuk mandiri dan berdaya. Jadi tidak menggantungkan diri dari belas kasihan dan dana dari pemerintah. Hal itu saat ini masih perlu kerja keras," tutur Bapak dari 2 anak tersebut, Kamis (10/11/2016) siang.
Apa yang dilakukan Pak Roni, sapaan akrabnya, menurut Kepala Sekolah SMK Farmasi, Susilowati, sangat dekat dengan jiwa kepahlawanan. Sebab itu pihaknya merasa tertolong dengan kehadirannya. Banyak terobosan dilakukan selama Pak Rony menjabat sebagai Waka Kesiswaan.
"Kami sangat bersyukur bisa bersinergi bersama. Salah satu yang sedang kami rilis adalah apotek sekolah," papar perempuan berjilbab itu. (rul/moha)
Kegiatan saat ini :
- Waka Kesiswaan SMK Farmasi Bojonegoro
- Dosen program Diploma Farmasi Bojonegoro
- Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Sentosa Dharma
- Wakil Kepala MGMP Farmasi Jawa Timur.
- Asesor kompetensi farmasi tingkat nasional.