Rahmad Muhajirin, Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Kota Bojonegoro
Membuat Perahu untuk Evakuasi Korban Banjir, Merintis Komunitas Marcapada
Selasa, 22 September 2015 08:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Kota - "Selamat datang di gubuk kami, mbak," begitulah sambutan hangat Rahmad Muhajirin, warga Kelurahan Ledok Kulon yang juga anggota Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Kepolisian Sektor Kota Bojonegoro menerima kedatangan wartawan BBC, sebutan BeritaBojonegoro.com, beberapa hari lalu.
"Apa yang bisa kami bantu, mbak?," tanyanya mengawali. Kemudian dimulailah obrolan panjang kami.
Selama ini, belum banyak orang tahu dan mengenal Rahmad Muhajirin. Lelaki kelahiran Bojonegoro, 9 Februari 1976 tersebut adalah anggota Polri. Namun, andaikan ia tidak mengenakan seragam dinasnya, tentu tidak banyak orang yang mengenalnya sebagai anggota polisi. Orang akan lebih mengenalnya sebagai aktivis sosial kemanusiaan.
Ya. Muhajirin, atau yang lebih sering disapa Pak Jirin, adalah salah satu warga yang mengawali kegiatan penyelamatan banjir di tempatnya bermukim. Ia membuat perahu dari plat besi untuk menanggulangi bencana banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Ledok Kulon pada tahun 2007 lalu.
Muhajirin sendiri menjadi Polri sudah sejak delapan tahun lalu. Memulai karir Polri sebagai Brimob di Yogjakarta pada 2008, lalu pindah tugas di Polsek Pucuk Lamongan pada 2013, kemudian di Lantas Polsek Padangan pada 2014, dan menjadi Bhabinkamtibmas hingga sekarang.
Pengalamannya yang bertumpuk di sepanjang perjalanan hidupnya menempa ia menjadi sosok yang peduli dengan lingkungan dan sosial. Kisahnya dimulai dari seorang yatim yang harus bekerja serabutan untuk tetap bisa bersekolah.
Bungsu dari sembilan bersaudara itu, telah menempuh jalan yang tidak mudah menjadi Polri. Ketika ia memutuskan mendaftar Polri, ia tidak bercerita kepada saudaranya karena khawatir akan dicibir. Baginya bukan dukungan saudara yang perlu diprioritaskan, melainkan restu ibu yang paling penting. Ia harus kerja serabutan kemudian menabung.
"Saya berusaha membelikan cincin ibu setiap mendapat upah kerja, hingga seluruh jarinya terisi. Namun satu per satu terjual untuk biaya mendaftar Polri," kenangnya.
Tak hanya memiliki kecintaan terhadap lingkungan, ia amat mencintai seni. Ia pernah melukis beberapa kali. Lukisannya memesona meski hanya untuk dinikmati sendiri. SeIain mencintai seni, sejak usai sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Bojonegoro pada 2001 lalu, ia sempat menjadi penggemar bonsai. Seringkali ia menjual bonsai untuk biaya hidup, termasuk biayanya mendaftar Polri.
Kini, selain menjadi Polri, bapak dua anak tersebut juga menjadi tokoh penggerak kemandirian tanggap bencana di lingkungan Kelurahan Ledok Kulon. Kemudian bersama 10 orang pemuda lokal menginisiasi suatu program tanggap bencana dan kemudian membentuk komunitas tanggap bencana yang disebut Marcapada.
Berawal dari 10 orang termasuk dirinya, kini, Bhabinkamtibmas Polsek Kota tersebut bersama kurang lebih 60 warga kelurahan Ledok Kulon, menggawangi komunitas Marcapada, yakni sebuah komunitas tanggap bencana.
Marcapada sendiri, diambil dari bahasa sansakerta "ngarcapada" yang dalam istilah perwayangan artinya alam dunia nyata; bumi. Marcapada terbentuk dari adanya kesamaan misi sebagai upaya tanggap sosial dari masyarakat kelurahan Ledok Kulon, yang harus menanggung bencana banjir setiap tahunnya.
Sudah sekitar delapan tahun, Brigadir Rahmad Muhajirin menjadi pelopor penggerak kegiatan sosial Marcapada. Kini, Marcapada berkembang menjadi pusat kegiatan sosial di Kelurahan Ledok Kulon. Tidak berbatas fokus pada kegiatan tanggap bencana. Namun komunitas yang kebanyakan anggotanya pemuda itu kedepan akan merambah di bidang seni, dan pendidikan.
"Akan dibangun sanggar dan perpustakaan. Doakan saja," kata Rahmad Muhajirin mengakhiri obrolan saat dikunjungi wartawan BBC di Goeboek Taman Ilir-ilir, tempat dia dan teman komunitas Marcapada memusatkan kegiatan sosial Kelurahan Ledok Kulon. (lyn/kik)