BPBD Getol Tanam Mangrove di Bantaran Bengawan Solo
Kamis, 20 April 2017 08:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Bojonegoro – Bantaran Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro banyak yang longsor. Bukan hanya menyeret tanaman di bantaran sungai, namun longsor juga banyak menyeret bangunan rumah dan fasilitas umum. Seperti halnya yang terjadi di kawasan Kelurahan Jetak/Kecamatan Kabupaten Bojonegoro dan di Desa Banjarjo, Kecamatan Padangan.
Titik longsor merata terjadi mulai di wilayah barat Bojonegoro yakni di Kecamatan Padangan hingga di wilayah timur Bojonegoro yakni di Kecamatan Baureno. Longsor sering terjadi usai sungai terpanjang di Pulau Jawa itu penuh lalu surut. Tanah bantaran yang labil merekah lalu longsor.
Untuk mencegah terjadinya longsor di daerah bantaran sungai itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro kini getol menanam pohon mangrove di sepanjang bantaran sungai. Tanaman mangrove dinilai kuat menahan empasan air dan menjaga tebing sungai agar tidak longsor.
Petugas BPBD Bojonegoro menanam bibit mangrove di kawasan Desa Sekaran, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, kemarin. Kegiatan menanam pohon ini melibatkan relawan tagana, masyarakat, dan pihak kecamatan.
Menurut Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sujarwo, tanaman mangrove terbukti mampu menahan longsor. Oleh karena itu, kata dia, kini pihak BPBD getol mengajak masyarakat menanam mangrove di sepanjang bantaran Bengawan Solo.
“Saat ini bantaran Sungai Bengawan Solo pasti akan mengalami longsor. Sebab, belum ada penahan tebing yang ada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo itu,” ujarnya.
Tanaman mangrove diharapkan mampu mengurangi risiko kerusakan yang ditimbulkan akibat gerusan atau erosi Sungai Bengawan Solo. Tanaman mangrove juga bisa menjadi tempat hidup bagi aneka satwa di sepanjang sungai itu.
Andik Sapaan akrabnya menambahkan penanaman pohon mangrove ini bisa diterapkan di semua desa yang ada di pinggiran Sungai Bengawan Solo. Namun sebelum melakukan penanaman diharapkan melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Bengawan Solo (BBWS) agar penanaman pohon mangrove saat kondisi debit air Bengawan Solo tinggi tidak mempengaruhi arus air di sungai.
Bibit mangrove berasal dari bantuan DPBD, selain itu pembelian bibit mangrove bersumber dari swadaya masyarakat. Gerakan menanam mangrove ini diharapkan didukung penuh oleh masyarakat terutama di daerah bantaran sungai. “Kalau gotong royong, pasti akan ringan. Manfaatnya juga akan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai,” ujarnya.
Tanah bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Banjarjo, Kecamatan Padangan, terus longsor. Saat ini panjang longsoran mencapai 500 meter, lebar 50 meter, dengan kedalaman 10 meter.
Jarak tanah yang longsor itu dengan rumah Mashari dan Maryoto tinggal 2-3 meter lagi. Sementara, rumah-rumah lainnya berjarak 5-10 meter dengan tanah tepian Bengawan yang longsor.
Sejak terjadi longsor pada 2008 lalu sedikitnya sudah ada delapan rumah warga yang dibongkar dan dipindah. Di antaranya rumah Wardoyo, Jaiz, Warji, Biran, Ngainah, Jasmo, Trisno, dan Suhadi. Mereka sudah pindah karena tanah yang ditempatinya tergeruslongsor. Bahkan kini tanah itu sudah amblas digerus longsor.
Menurut Wardoyo, tanah yang longsor ini persis berada di daerah tikungan sungai. Arus Bengawan Solo terus mengikis tanah di daerah tikungan sungai tersebut sehingga beberapa kali terjadi longsor.
“Dulu tanah di bantaran sungai itu berupa perkampungan. Namun, perkampungan itu hilang karena digerus longsor,” ujarnya. (mol/kik)