Terorisme is Not Religion
Jumat, 26 Mei 2017 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bojonegoro - Maraknya foto-foto korban pemboman di grup media sosial membuat masyarakat gelisah. Menyikapi hal tersebut, Forum Diskusi Gusdurian Bojonegoro menyayangkan aksi tersebut. Pasalnya menurut mereka terorisme bukanlah agama, meski kedok yang biasanya digunakan selalu berdasarkan agama. Diskusi terait teror dan penguatan mentalitas bangsa ini diadakan di salah satu cafe yang terletak di Jalan Basuki Rahmad Bojonegoro pada Kamis (25/05/2017).
Ditemani secangkir berisi kopi dan roti bakar cokelat, diskusi sederhana ini dimoderatori oleh Nasruli Chusna dan dihadiri oleh beberapa anggota dari berbeda latar belakang. Dalam pengantarnya Nasruli Chusna menyinggung sedikit aksi-aksi teror yang belakangan ini sering terjadi di Indonesia. Dan media memberikan gambaran bahwa aksi teror tersebut disebabkan lantaran agama, disini khususnya Islam. Bahkan beberapa waktu lalu di Tuban, terjadi penembakan terhadap anggota polisi.
Budi Ahda seorang penulis sekaligus guru ini menyampaikan perpecahan -perpecahan di dalam kubu Islam telah terjadi sejak zaman Khulafaur Rasyidin. Dan terorisme yang berlandaskan agama yang saat ini terjadi dilakukan oleh mereka yang mengetahui agama hanya secara tekstual.
"Padahal tujuan utamanya agama adalah kasih sayang," ungkapnya.
Pada kesempatan itu pula, Suudin Aziz seorang dosen di salah satu Universitas Islam di Bojonegoro menegaskan bahwa tidak ada statemen dalam agama kalau agama pernah melegalkan aksi terorisme atau radikalisasi. "Kalaupun terjadi sebuah terorisme atau radikalisasi itu terjadi karena bengkoknya penalaran orang, bengkoknya penalaran sebuah kelompok terhadap teks yang ada baik atas nama agama maupun etnis tertentu,” ujarnya. (ver/kik)