Pemilik Kebun Salak Wedi Keluhkan Anjloknya Harga Buah Salak
Selasa, 21 November 2017 09:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Bojonegoro – Pemilik kebun salak di Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, mengeluhkan anjloknya harga buah salak saat memasuki musim panen seperti saat ini. Harga buah salak cenderung jeblok pada saat musim panen. Kondisi itu terus berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
Memasuki musim hujan ini pohon-pohon salak di perkebunan salak di sekitar rumah warga mulai panen. Setiap hari pemilik kebun mengunduh buah salak itu lalu ditaruh di anting (keranjang, red). Kemudian, setiap pagi mereka menjual buah-buah salak yang ditaruh di anting itu di tepi-tepi jalan Desa Wedi.
Menurut Khanifah, 52, warga RT 01 RW 01, Desa Wedi, saat ini buah salak memang sedang panen. Namun, kata dia, harganya jeblok. “Buah salak satu anting hanya Rp12.000 sampai Rp15.000. Padahal dulu buah salak satu anting itu bisa mencapai Rp25.000 sampai Rp30.000,” ujarnya pada BeritaBojonegoro.com, Selasa (21/11/2017).
Menurutnya, jebloknya buah salak ini dipicu oleh beberapa hal. Di antaranya saat ini buah salak sedang melimpah di pasaran. Selain itu, buah salak banyak yang diserang hama tikus sehingga terpaksa dipanen dini meskipun belum saatnya dipanen. “Saat ini di pasaran juga sedang panen buah mangga, rambutan, dan lainnya. Kondisi itu juga membuat harga salak jeblok,” ujarnya.
Perkebunan salak tersebar di beberapa desa. Selain di Desa Wedi yang dikenal sebagai sentra salak Wedi, buah salak juga ada di Desa Tanjungharjo, Kalianyar, hingga Tapelan. (mol/kik)