Sosok
Sari Koeswoyo, Antara Seorang Ibu dan Pelaku Seni
Minggu, 23 Desember 2018 14:45 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Tanggal 22 Desember, diperingati sebagai Hari Ibu. Hari di mana perempuan-perempuan Indonesia menyelenggarakan Kongres Perempuan Pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang telah mengukuhkan semangat dan tekad bersama untuk mendorong kemerdekaan Indonesia.
Hal ini juga untuk menegaskan dan mengingatkan kembali bahwa ibu bukan sekedar perempuan dalam keluarga, peran perempuan Indonesia menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perjuangan panjang bangsa ini, untuk meraih kemerdekaannya.
Sari Koeswoyo sebagai Ibu rumah tangga dengan tiga orang anak mengamini hal tersebut. Kepada awak media ini Minggu (23/12/2018), Sari menuturkan bahwa ia meyakini, Ibu memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar bagi keluarga, lingkungan, masyarakat dan bangsanya.
Seperti dirinya, membesarkan tiga anak hingga menjadi manusia yang berkehidupan baik, bukan perkara mudah. Dari mulai memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan membentuk karakter anak agar nanti menjadi generasi terbaik bangsa. Dan kini, ketiga anaknya telah mandiri dan memiliki kehidupan serta karirnya sendiri.
Bagi Sari, Ibu rumah tangga memiliki tugas utama mengasuh, menjaga dan berkehidupan di rumah bersama anak-anaknya. Namun, di luar tugas utama tersebut, Sari juga merupakan seniman atau pelaku seni. Darah seni yang mengalir dari sang ayah (Yok Koeswoyo), menjadikannya perempuan yang bereksistensi dan berkarya, melalui lagu-lagu, musik dan karya seni lainnya. Sari aktif menyanyi, bermain film, bermusik, dan dari sanalah dia membesarkan anak-anaknya secara ekonomi.
Sari merupakan putri pertama dari salah satu Personel Band Koes Plus, Yok Koeswoyo. Kehidupan kecilnya dilalui dengan pergulatan batin yang cukup keras. Ketika masih berusia tujuh tahun, ia harus ditinggal untuk selama lamanya oleh ibu kandungnya, yang meninggal akibat kecelakaan. Selang beberapa tahun kemudian, ayahnya menikah dengan perempuan berkebangsaan Perancis. Kehidupan Sari kecil selanjutnya, hidup dan tinggal bersama dengan ibu sambung. Darinyalah Sari mendapat kasih sayang, cinta kasih, dan didikan seperti layaknya Ibu kandungnya sendiri. Darinya karakter, pribadi dan kualitas diri yang melekat pada Sari Koeswoyo dibentuk.
"Semua kualitas baikku, kelakuan baikku, perilaku baikku. Semua yang baik dan benar kudapat dari perempuan ini," tutur Sari Koeswoyo.
Selain sebagai seniman dan ibu rumah tangga, Sari banyak aktif di dunia sosial kemanusiaan. Dia pernah menjadi duta dan relawan di beberapa gerakan sosial, seperti Relawan Pencegahan HIV AIDS, relawan penanganan pasca bencana Gempa Palu, dan sejumlah kegiatan sosial lainnya.
"Menjadi sebaik-baik perempuan yang terus berkomitmen untuk bertanggung jawab, sekaligus sebagai Ibu bagi anak-anak saya, dan pelayan bagi masyarakat, itulah yang saat ini saya lakukan," tuturnya.
Menurut Sari, kualitas anak-anak bangsa bergantung pada perempuan dan ibu-ibu yang hebat. Di Peringatan Hari Ibu kali ini, Sari berpesan kepada anak-anak untuk berbhakti kepada Ibunya, dengan sebaik-baiknya. Untuk membalas jasa perempuan yang telah mendidik dan merawat dengan sabar.
“Salah satu caranya bisa dengan terus belajar dengan giat dan mengejar cita-citanya, agar ibunya kelak juga turut bangga.” katanya berpesan.
Ibu atau perempuan, perannya sangat penting dalam mewujudkan kemajuan bangsa. Sari juga berpesan untuk perempuan-perempuan Indonesia, agar terus konsisten berperan sebaik-baiknya bagi keluarga. Juga sebagai pembentuk karakter terbaik bagi generasi bangsa, melahirkan generasi berbudi pekerti luhur dan bermoral tinggi. Harus juga aktif mengisi pembangunan dengan perannya. Ia mengajak para kaum perempuan untuk ikut serta berjuang bersama menyumbangkan akal dan pikiranya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kiprah Perempuan bisa dimulai dari keluarganya, mendidik dan membangun karakter anak-anaknya, Selain itu perempuan juga harus mulai mengambil bagian dalam perubahan bangsa melalui karya dan kerjanya, mandiri secara ekonomi, berkepribadian, ibu-ibu Indonesia harus menjadi wanita hebat. Sudah saatnya perempuan menjadi bagian dari Agen Of Change untuk Indonesia," tutur Sari.
Masih menurut Sari, saat ini telah banyak perempuan, tak terkecuali di Indonesia, membuktikan kualitasnya, menjadi pengusaha sukses, melahirkan karya-karya besar, menjadi pemimpin dan politisi yang berkompeten. Ia mencontohkan banyak perempuan Indonesia yang menjadi kepala daerah, pejabat negara, pejuang sosial dan menteri di negeri ini, yang berhasil membawa kemajuan.
"Banyak perempuan yang menjadi pemimpin, dan berhasil," ucapnya..
Sati berharap, melalui Peringatan Hari Ibu tahun ini, yang mengambil tema, Bersama meningkatkan peran perempuan dan laki-laki dalam membangun ketahanan keluarga untuk kesejahteraan bangsa, dapat mendorong terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan.
“Selamat Hari Ibu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, meridhoi setiap niat baik kita semua,” pungkasnya. (mol/imm)