Pemuda Pejuang Perubahan
Sabtu, 31 Oktober 2015 07:00 WIBOleh Liya Yuliana *)
*Oleh Liya Yuliana
Berikan aku sepuluh pemuda, akan ku ubah dunia. Begitu kiranya titah Bapak Presiden pertama negeri tercinta Soekarno. Bukan sejuta orang tua yang diminta. Tidak pula sejuta pemuda namun cukup dengan sepuluh pemuda.
Darah muda, darah perubahan bangsa. Semangatnya membara didukung kekuatan membaja. Suaranya lantang bak goyahkan gunung nan kokoh. Pemikiran dan idenya cemerlangdengan idealisme yang menyelimutinya.
Pemuda sebagai generasi kaum senior (melanjutkan generasi pendahulu) ataukah pelopor perubahan adalah sebuah pilihan. Meneruskan habit sistemik dengan zona nyaman ataukah menjadi agen perubahan adalah pilihan. Di kala menobatkan menjadi generasi penerus, maka akan didapati pilihan. Yakni antara penerus senior dengan seabrek kasus KKN, generasi pecandu narkoba, meneruskan jejak mereka yang memberi angin segar para kapital atau meneruskan jejak para sahabat Rasulullah dalam melanjutkan perjuangan suci demi Islam. Hidup memang pilihan dan setiap pilihan kelak diminta pertanggungjawaban.
Generasi masa kini condong menjadi generasi penerus. Merasa nyaman pada zona yang ada.Cukup mengikut para pendahulu. Bahkan terkadang tak lagi memandang layakkah para pendahulu dijadikan keteladanan. Mengingat tak semua pendahulu kaya iman bahkan bisa jadi terkadang miskin iman.
Kapitalisme telah berhasil menelurkan generasi yang memberi ruang segar para kapital dan enggan keluar dari zona nyaman. Mengikuti jejak dan langkah pendahulu menjadi solusi. Tak lagi peduli apakah haq ataukah batil.Senantiasa mengikuti kemana para pendahulu melangkah. Tak memandang benar ataukah salah dalam kacamata syariah.
Berbeda halnya dengan generasi penerus Rasulullah. Al Quran dan sunah dijadikan pedoman.Futuhat (perluasan wilayah) dilakukan demi sebuah keridaan Ilahi. Semangat yang membara kokoh di dalam hati dan sanubari.
Generasi pelopor, senantiasa menuntut diri dan lingkungan keluar dari zona nyaman. Ide jitu dan cemerlang pun bermunculan. Di saat negeri dalam cengkeraman penjajah maka ia enggan berdiam diri di ketiak penjajah meski diiming-imingi harta melimpah. Baginya kebenaran di bawah panji Islam adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. Meskipun terkadang nyawa menjadi taruhan ia tak lagi enggan.
Dalam setiap masa sudah menjadi keharusan akan adanya pejuang di jalan kebenaran dan kebatilan. Beruntunglah mereka para pemuda yang mengambil jalan kebenaran. Di saat kekayaan negeri dirampok, ia senantiasa berfikir dan berjuang mengeluarkan negeri tercinta dari kubangan derita.
Pemuda, dunia berada dalam genggamannya. Jangan biarkan diri menjadi pemuda yang sekedar mengikut tanpa mengetahui kebenaran dan kebatilan secara pasti. Saatnya menjadi pemuda tangguh yang mampu menjadi pelopor dalam perjuangan demi kemenangan Islam.
Pemuda pelopor senantiasa berkarya dan berkarya untuk umat demi kemenangan agama ini. Hingga rida Ilahi dalam genggaman. Pemuda pelopor tak mencukupkan diri puas terhadap keadaan namun senantiasa berkarya, berinovasi dan memperjuangkan dien ini. Kemenangan itu sangat dekat, saatnya pemuda mengambil bagian. Semoga senantiasa dalam ketaatan. Aamiin. Allahu Alam.
Ditulis sepanjang perjalanan Bojonegoro-Jakarta 30 Oktober 2015
Liya Yuliana (Guru SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro)