Polres Bojonegoro Gelar Forum Diskusi Grup Cerdas Bermedsos dan Peningkatan Siskamling
Minggu, 31 Maret 2019 16:00 WIBOleh Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Polres Bojonegoro pada Minggu (31/03/2019) pagi, menggelar acara Forum Diskusi Grup (FDG) di Hotel Bonero Bojonegoro dengan tema, Bijak dan Cerdas Bermedia Sosial dan Peningkatan Kembali Program Siskamling, Guna Mewujudkan Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Wilayah Bojonegoro.
Kegiatan FDG tersebut diselenggarakan dengan maksud agar terciptanya situasi kamtibmas yang aman dan kondusif jelang pelaksanaan Pemilu 2019, di Wilayah Hukum Polres Bojonegoro.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kapolres Bojonegoro AKBP Ary Fadli SIK MH MSi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bojonegoro, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bojonegoro serta undangan dari sejumlah elemen masyarakat.
Kapolres Bojonegoro AKBP Ary Fadli SIK MH MSi, saat beri sambutan dalam acara Forum Diskusi Grup (FDG) yang digelar Polres Bojonegoro di Hotel Bonero Bojonegoro. Minggu (31/03/2019)
Kapolres Bojonegoro AKBP Ary Fadli, saat membuka acara mengatakan bahwa sebagaimana diketahui, di era globalisasi sekarang, dunia tak terbatas. Perubahan yang ada membutuhkan pemikiran yang extra keras untuk menyikapinya. Menurut Kapolres, kalau dulu mencari informasi butuh waktu lama bahkan berminggu - minggu, saat ini hanya butuh hitungan detik sudah mengetahuinya. Namun dalam media sosial (medsos) banyak sekali berita yang blum tentu kebenarannya.
Kapolres juga menuturkan bahwa musuh terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah hoax, karena hoax bisa menimbulkan perpecahan dan mengadu domba dalam masyarakat.
"Medsos ada banyak hal positifnya, misalnya untuk berjualan. Pelajar bisa mencari referensi untuk belajar, tetapi juga ada hal negatifnya, sperti ujaran kebencian, isu sara dan berita hoax. Maka dari kita harus pintar - pinter dalam menyikapinya," ucap Kapolres.
Pada kesempatan tersebut Kapolres juga mengajak untuk menggiatkan lagi siskampling, poskampling, pam swakarsa dan wajib lapor, bagi tamu yang menginap 1x24 jam.
"Karena semua itu bagian dari menjaga wilayah lingkungan kita," kata Kapolres mengimbuhkan.
Kapolres juga menjelaskan bahwa masalah keamanan bukan hanya tugas kepolisian saja. Polisi membutuhkan dukungan, kerjasama, informasi dan masukan dari masyarakat, serta cara-cara yang tepat bagaimana masalah keamanan bisa diselesaikan bersama.
"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh masyarakat untuk bersama menjaga keamanan," tutur Kapolres.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bojonegoro, Drs Kusbiyanto, dalam sambutannya mengajak para peserta dan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilu serentak, 17 April 2019 mendatang.
Menurutnya, pemilu serentak nantinya bukan hanya Pilpres tetapi juga Pileg. Bagi warga yang memiliki hak pilih, nantinya akan menerima kartu suara ada 5 lembar, dan warnanya pun juga berbeda yaitu hijau, biru, merah, kuning dan abu-abu.
"Tinggal hitungan hari lagi, kita sebagai warga negara tentunya harus ikut andil dalam kegiatan tersebut," ucap Kepala Bakesbangpol.
Kepala Bakesbangpol juga berharap dakam pelaksanaan pemilu nanti dapat berjalan lancar dan luber (langsung,bebas dan rahasia) dan juga jurdil (jujur dan adil). Dari unsur pemilu melibatkan pemilih, regulasi (aturan), birokrasi (penyelenggara negara), penyelanggara pelaksanaan pemilu.
"Peserta Pemilu nanti ada 16 partai plitik, meskipun pilihan kita berbeda -beda, kita tetap satu dibawah naungan NKRI, gunakan hak pilihmu sempatkan datang ke TPS. Marilah kita saling menghormati," tutur Kepala Bakesbangpol.
Forum Diskusi Grup (FDG) yang digelar Polres Bojonegoro di Hotel Bonero Bojonegoro. Minggu (31/03/2019)
Sedangkan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bojonegoro, Sasmito Anggoro, dalam sambutannya menuturkan bahwa berbagai unsur yang terkait keamanan dan ketertiban dapat mengganggu stabilitas keamanan, baik itu persatuan, kesatuan dan hidup bermasyarakat. Menurutnya, perpecahan ada yang sengaja diciptakan oleh kalangan untuk keuntungan pribadi, salah satunya adalah penyebaran hoax.
"Di era digital saat ini, peningkatan hoax sangat berdampak luar biasa, misal perceraian karena hoax," ucap Ketua PWI.
Masih menurut Sasmito, media ada dua yaitu media siber dan media sosial. Media siber adalah media yang benar - benar resmi memberikan pemberitaan, akan tetapi tidak semua media siber juga memiliki kualitas yang benar -benar memberikan tampilan karya berita jurnalis yang benar sesuai standar dari dewan pers.
Perbedaan pers dan medsos, kalau pers produk dari wartawan yang berkopetensi, tim redaksi jelas mempunyai kantor dan dapat pertanggung jawaban, menggunakan kode etik ada badan hukum ada alamatya.
"Tetapi bila medsos alamatnya tidak jelas dan banyak yang tidak menggunakan sumber resmi, misal narasumber yang tidak mau disebutkan namanya itu bahaya apakah sumber berita ini benar atau tidak," kata Ketua PWI.
Medsos adalah sebatas informasi, komunikasi siapa saja, individual, pertanggung jawaban tidak ada, batasanya tidak ada, pengelolaanya bebas dan bisa dipalsukan.
"Ini yang berbahaya," kata Ketau PWI menegaskan.
Usai penyampaian materi oleh semua narasumber, acara dilanjutkan dengan diskusi dengan menaggapi materi - materi yang telah disampaikan oleh narasumber (red/imm).