Adi Sutarto, Guru Seni SMPN 1 Margomulyo
Setia Menuntun Murid Temukan Damai dalam Seni
Sabtu, 23 Januari 2016 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Margomulyo - Di SMP Negeri 1 Margomulyo terdapat satu ruang kelas yang berbeda dengan ruang kelas lainnya. Pada dinding temboknya mendominasi warna hitam dengan hiasan ornamen batik menyebar di bawah jendela. Sementara tanaman hias berjejer tepat di depan ruangan tersebut. Ada selembar papan nama di atasnya, tertulis Laboratorium Seni Senthong Sekarjati.
Nama Senthong Sekar Jati ini diambil dari kata Senthong yang berarti Kamar, dan Sekarjati, yang menjadi motif resmi batik Bojonegoro. Di dalam Senthong Sekarjati inilah murid-murid SMP Negeri 1 Margomulyo digembleng agar mencintai seni.
Ada beberapa peralatan gamelan, backdrop dari papan, wajan-wajan kecil dan lainnya. Sesosok lelaki tengah baya tengah duduk di satu-satunya meja yang ada di dalam kelas tersebut. Mengamati beberapa muridnya sedang membawakan satu lakon teater. Sedangkan beberapa murid lainnya duduk lesehan menonton aksi teater itu.
Suasana kelas terdengar riuh. Begitu hidup tanpa ekspresi tertekan beban pelajaran yang diterima. Pelajaran seni yang mereka pelajari rupanya membuat asyik dalam dunia sendiri. Tidak perlu mencatat, tidak perlu menghafal. Semuanya dialami secara nyata dan mengalir.
Adi Sutarto, nama sosok lelaki tengah baya itu. Dia rupanya guru seni di sekolah tersebut. Sudah lebih 30 tahun mengabdi dan berkarya sebagai guru. Beberapa waktu lalu berhasil mengantarkan siswanya meraih juara 1 FLS2N Bojonegoro cabang musik tradisi, serta menjadi juara 2 pada lomba Kidungan Jula-Juli pada Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-70.
Kecintaannya terhadap seni bermula ketika dia duduk di kelas 4 sekolah dasar. Saat itu dirinya menggeluti tari klasik. Kemudian ketika duduk di bangku SMP, tari menjadi suatu kegiatan di luar sekolah. Saat SPG, dia masuk di unit kegiatan tari, musik tradisi dan bahkan mendirikan teater.
Melalui teater, bangkitlah jiwa pemberontaknya. Adi membuat kelompok teater 'Rewel', yaitu kelompok gabungan teater untuk menampung dan memberdayakan anak-anak nakal. Dan berhasil mementaskan teater yang berjudul 'Dorna', yakni gurunya para Kurawa dan Pandawa.
Pada tahun 1982, Adi mengikuti seleksi PMDK. Dia mengambil pendidikan seni tari di IKIP Surabaya yang saat ini berubah nama menjadi Unesa. Ketika lulus, dia mendapat tugas mengajar di SMP Purwosari. Dia bersama rekan-rekannya pernah datang ke event internasional di Malaysia dalam ajang Langkawi Internasional Festival Art (LIFA) tahun 2002.
Lelaki kelahiran Trenggalek ini, akhirnya menetap bersama keluarga di Ngawi. Saat ini masih menyalurkan ilmunya di wilayah Bojonegoro yang berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, tepatnya di SMP Negeri 1 Margomulyo. Walaupun berada di ujung perbatasan, tidak membuat dirinya berhenti memberikan kontribusi pada Bojonegoro.
Pada Desember lalu, Adi dan Senthong Sekarjati berhasil menyuguhkan pertunjukkan yang mampu membuat seluruh penonton menikmati pentas seni. Penonton waktu itu mencapai seribu orang dan memadati halaman sekolah tempatnya mengajar.
Dalam mengajar, Adi lebih memilih kualitas ketimbang kuantitas. Walaupun tidak menggunakan buku, sistem ngajarnya tetap pada kurikulum. Tetap ada target dalam pengajarannya. Namun lebih menitikberatkan pada life skill.
"Misalnya ketika pembelajaran membatik, saya akan meminta mereka mendesign batik dan kemudian praktik membatik di kain. Secara otomatis mereka akan memahami proses tanpa harus menghafal lewat buku," terangnya.
Saat ini Adi sedang mempersiapkan empat even, yaitu Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Paguyupan Pemerhati Seni Tradisi (PPST), Pekan Seni pelajar (PSP), dan Pekan Seni Guru (PSG).
Damai kutemui dalam seni. Menanam Menuai (tinggal apa yang ditanam) adalah moto hidupnya. (ver/tap)