Air Bengawan Solo Naik, Warga Tingkatkan Kewaspadaan
Jumat, 05 Februari 2016 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Purwosari – Permukaan Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro terlihat naik sejak dua hari terakhir. Debit air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu tampak penuh. Meski begitu, wilayah Bojonegoro masih dinyatakan status di bawah siaga.
Kenaikan air Sungai Bengawan Solo tampak terlihat jelas. Beberapa kali awak perahu penyeberangan di Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, memindahkan tangga bambu untuk naik dan turun penumpang. Meski air Bengawan naik, para penumpang perahu yang terdiri para pedagang, pekerja, dan anak-anak sekolah tampak menyeberangi sungai naik perahu berukuran 10 meter x 3 meter. Perahu itu menyeberangkan penumpang dari titik di Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, ke titik di Desa Dukoh, Kecamatan Malo.
Air mengalir deras menyeret tumpukan sampah berupa ranting kering, pelepah pisang, dan rerumputan. Awak perahu tampak perlahan dan lebih berhati-hati saat menyeberangkan perahu yang mengangkut penumpang, sepeda motor, dan barang dagangan.
Menurut Eva Puji, 18, pelajar SMK Negeri Purwosari, air Bengawan Solo terlihat naik sejak dua hari ini. Meski begitu, ia mengaku tidak khawatir dan tetap berangkat atau pulang sekolah menyeberangi sungai dengan naik perahu.
“Cuma kalau pas air Bengawan Solo ini naik pak tukang perahu lebih berhati-hati menakhodai perahu. Perahu bergerak lebih pelan karena melawan air yang mengalir deras,” ujar pelajar asal Desa Tembeling, Kecamatan Kasiman tersebut.
Menurut Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bojonegoro, Sukirno, ketika air Bengawan Solo trennya menunjukkan naik maka petugas terus memantau perkembangannya baik di daerah hulu yaitu Sragen, Ngawi, Madiun, serta di daerah hilir yaitu wilayah Bojonegoro.
Menurutnya, kalau kondisi air Bengawan Solo dinyatakan di bawah siaga maka pemantauan air sungai dilakukan setiap tiga jam sekali. Kemudian, saat dinyatakan siaga yaitu ketika ketinggian air berada di kisaran 13.00 peilschaal maka pemantauan air dilakukan tiap satu jam sekali.
“Kami telah menyiapkan baik personil maupun peralatan dan dapur umum untuk menghadapi banjir luapan Bengawan Solo pada musim hujan kali ini,” ujarnya.
Sementara itu, wilayah kecamatan di Bojonegoro yang sering dilanda banjir luapan Bengawan Solo yaitu 16 kecamatan. Sedangkan, desa yang sering terendam banjir sebanyak 146 desa. Mulai dari kecamatan di wilayah barat Bojonegoro di antaranya Padangan, Malo, Kasiman, Kalitidu, Dander, Trucuk dan Bojonegoro. Hingga ke kecamatan di wilayah timur Bojonegoro di antaranya Kecamatan Kapas, Balen, Kanor, Sumberejo, hingga Baureno.
Banjir luapan Bengawan Solo terjadi apabila di daerah hulu sungai terjadi hujan deras dan air yang menumpuk mengalir ke daerah hilir yakni Bojonegoro. Sementara itu, di daerah hilir juga terjadi hujan deras. Air dari sejumlah anak sungai menumpuk bermuara di Bengawan Solo. Akibatnya, air Bengawan Solo meluber dan menggenangi permukiman warga dan persawahan. (rul/kik)