Air Bengawan Solo Surut, Warga Masih Waspada
Jumat, 05 Februari 2016 19:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Purwosari – Air Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro mulai surut sejak kemarin, Kamis (05/02). Meski begitu, warga yang tinggal di bantaran Bengawan Solo tetap diimbau waspada, karena daerah hulu sungai ternyata terjadi banjir.
Air Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Padangan dan Purwosari, daerah barat Bojonegoro, tampak surut. Bekas air yang sempat pasang dan endapan lumpur tampak jelas di tepian sungai. Padahal sehari sebelumnya, permukaan Sungai Bengawan Solo naik.
Menurut Tarmuji (56), awak perahu penyeberangan di Desa Dukoh, Kecamatan Malo, permukaan Sungai Bengawan Solo memang sempat naik selama dua hari. Naiknya permukaan sungai itu dipengaruhi adanya kiriman air dari daerah hulu sungai dan juga kiriman air dari sejumlah anak Sungai Bengawan Solo.
“Tapi hari ini permukaan Sungai Bengawan Solo tampak surut,” kata Tarmuji kepada beritabojonegoro.com (BBC), Jum’at (05/02).
Tamuji mengatakan, kondisi air Bengawan Solo memang naik turun sepanjang Desember, Januari, hingga Februari ini. Namun, kata dia, permukaan Sungai Bengawan Solo belum sempat mengalami kenaikan drastis hingga menyebabkan banjir. “Semoga tidak sampai terjadi banjir,” kata dia.
Sementara itu menurut Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Sukirno, permukaan Sungai Bengawan Solo memang mengalami naik-turun selama musim hujan ini.
Menurut Sukirno, sungai Bengawan Solo di daerah hilir yaitu di wilayah Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan mengalami banjir apabila dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya karena ada kiriman air dari hulu sungai dalam jumlah banyak, adanya kiriman air dari sejumlah anak sungai, terjadi hujan deras merata di wilayah hulu dan hilir, serta terjadinya air pasang di laut.
Masih kata Sukirno, bila terjadi banjir di daerah hulu sungai maka belum tentu akan menimbulkan banjir di daerah hilir sungai. Sebab, kata dia, perjalanan air dari daerah hulu sungai seperti dari Jawa Tengah ke Jawa Timur memerlukan waktu kurang lebih 24 jam. Seiring perjalanan air itu maka air mengalami penyusutan dan pengurangan.
“Jadi pada saat air sampai di daerah hilir, kondisi airnya sudah tidak tinggi," tandas Sukirno.(rul/moha)
Foto bengawan solo di tambangan Purwosari