Warga Mulai Waspada Banjir Luapan Bengawan Solo
Senin, 08 Februari 2016 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Purwosari – Warga di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro mulai waspada banjir luapan sungai. Sebab, tinggi muka air Sungai Bengawan Solo trennya terus naik di wilayah Bojonegoro dalam sepekan terakhir.
Debit air Bengawan Solo terlihat pasang. Air bergerak pelan menyeret tumpukan sampah dan ranting kering. Beberapa kali tempat pijakan dari bambu yang dipakai untuk naik dan turun penumpang perahu di tepi sungai di Desa/Kecamatan Purwosari, dinaikkan dari posisi semula.
Menurut Sariman, 58, warga Dukuh Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, air Bengawan Solo terlihat terus naik sejak sepekan terakhir. Ia kini terus memantau perkembangan ketinggian air terpanjang di Pulau Jawa itu. “Kalau airnya naik terus, kami siap-siap menghadapi banjir luapan sungai,” ujar Sariman yang rumahnya berjarak 200 meter dari bibir Bengawan Solo itu.
Sariman mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir luapan Bengawan Solo. Meski begitu, ia selalu siaga apabila sungai itu meluap. Pada banjir Bengawan Solo pada 2007 lalu yang cukup parah, ia dan keluarganya mengungsi ke rumah saudaranya.
Sariman menuturkan, banjir luapan Bengawan Solo terjadi apabila ada kiriman air dalam jumlah besar dari daerah hulu sungai yaitu dari Solo, Sragen, Madiun, Ngawi, dan sekitarnya. Kemudian, pada saat bersamaan terjadi hujan deras merata di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya.
“Kami sudah tinggal puluhan tahun di daerah bantaran Bengawan Solo. Ketika terjadi banjir, kami sudah biasa mengantisipasinya. Bengawan Solo ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kami,” terang Sariman yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini.
Meski air Bengawan Solo sedang naik, aktivitas penyeberangan perahu yang mengangkut penumpang, sepeda motor, dan barang dagangan di sejumlah titik tetap berjalan seperti biasa. Seperti halnya penyeberangan perahu di titik Desa Kebonagung, Kecamatan Padangan, titik penyeberangan Desa/Kecamatan Purwosari, titik penyeberangan Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, titik penyeberangan Kelurahan Jetak, Kecamatan Bojonegoro, dan titik penyeberangan dekat Pasar Besar Bojonegoro. Rata-rata setiap 15 menit perahu kayu berukuran 10 meter x 3 meter itu mengangkut penumpang menyeberangi sungai Bengawan Solo.
Menurut Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Sukirno, pihaknya telah mengimbau pada warga yang tinggal di daerah bantaran Bengawan Solo agar waspada banjir. “Air Bengawan Solo kini trennya memang terus naik,” ujarnya.
Ia mengatakan, perkembangan kondisi Bengawan Solo kini terus dipantau. Apabila sudah masuk siaga hijau maka tinggi muka air dipantau setiap satu jam sekali. Sedangkan, apabila di bawah siaga pemantauan air dilakukan setiap tiga jam sekali.
Selain itu, kata dia, sejumlah pompa penyedot air di wilayah Kota Bojonegoro yaitu di Kelurahan Banjarejo dan Ledok Kulon saat ini sudah disiagakan untuk menghadapi banjir. Apabila genangan air luapan Bengawan Solo memasuki perkotaan maka disedot dan dibuang kembali ke Bengawan.
Sejumlah kecamatan di Bojonegoro sering jadi langganan banjir. Kecamatan yang dinyatakan rawan banjir luapan Bengawan Solo sebanyak 16 kecamatan. Sedangkan, desa atau kelurahan yang dinyatakan rawan banjir sebanyak 147 desa dan kelurahan. Wilayah kecamatan yang jadi langganan banjir di antaranya Kecamatan Ngraho, Padangan, Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Trucuk, Malo, Kapas, Kanor, Balen, Sumberejo, Baureno. (rul/kik)