Valentine Day Bukan Hari Kasih Sayang
Senin, 15 Februari 2016 11:00 WIBOleh Liya Yuliana
Oleh Liya Yuliana
Valentine, sebuah kata yang identik dengan bulan Februari. Karena pada tanggal 14 Februari khalayak umum yang konon sebagai tanda dan bukti cinta kepada orang terdekat merayakan Valentine day. Aneka atribut mewarnai negeri. Coklat, boneka dan lainnya marak mewarnai toko-toko. Kontra dengan hal itu pada hari Sabtu 13 Februari 2016 siswa SMP Muhammadiyah 2 Bojonegoro menolak peringatan V-day. Beberapa organisasi dan dinas pendidikan daerah juga sepakat menolak peringatan V-day.
Yang menjadi pertanyaan “Benarkah merayakan Valentine day adalah tanda bukti cinta dan sayang anak cucu Adam kepada orang terdekatnya? Ataukah memiliki pertanda lainnya?” Sebelum membahasnya lebih jauh tak elok jika melupakan sejarah tentang Valentine day. Karena dengan sejarah kita dapat mengambil sikap yang tepat.
Dari beberapa sumber menyebutkan bahwasanya V-day atau Valentine day memiliki beberapa versi. Diantaranya:
Pertama, 14 Februari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno (ratu dari segala dewa dan dewi).Orang Romawi kuno meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan dewi cinta. Bentuk perayaannya dengan cara laki-laki mengambil undian yang berisi nama perempuan. Pasangan berdasarkan nama yang didapatkannya. Jika ada kecocokan maka barulah dilangsungkan pernikahan.
Kedua, Kala itu raja Claudius II (268 - 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajuritnya untuk menikah. Dengan tidak menikah diharapkan para prajurit akan memiliki potensi besar dalam berperang.Santo Valentine dan Santo Marius menentangnya dan secara diam-diam tetap menikahkan para prajurit dan muda-mudi.Hal ini diketahui raja Claudius. Sehingga sang raja memberikan sangsi hukuman mati.
Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan.Berkenalanlah Valentine dengan seorang gadis anak sipir penjara.Gadis tersebut sering menjenguknya dan sebelum meninggal Valentine menulis pesan kepada gadis kenalannya “From Your Valentine”.
Kebanyakan orang pun merayakan hal ini sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine. Dua ratus tahun kemudian Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.
Dari dua sejarah ini kita dapatkan bahwasanya perayaan V-Day tidaklah bersumber dari ajaran Islam. Haruskah kita mengikutinya? Sementara terlarang bagi kita untuk mengikuti peradaban kaum lain. Sebab Rasul pernah berpesan“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”
Islam agama yang sempurna. Ajarannya mengatur seluruh alam. Jika nabi dan rasul sebelum Rasulullah Muhammad berdakwah untuk beberapa wilayah dan syariatnya untuk wilayah tertentu. Namu Rasulullah Muhammad dengan syariat Islam yang dibawanya berlaku untuk seluruh alam. Haruskah muslim mengambil segala yang datang dari selain Islam?
Lalu mengapa kaum muslim masih merayakan dan atribut valentine masih laris manis?Mungkin pertanyaan ini menyelimuti fikiran kita. Tak lain karena bisa jadi ketidak tahuan kaum muslim akan sejarah V-day dan propaganda yang dibawanya. Selain itu lemahnya akidah kaum muslim juga menjadi alasan utamanya. Pun jika atribut V-day masih banyak dijumpai maka itu adalah peluang bisnis para kapital. Mereka diuntungkan dengan penjualan atribut V-day namun umat sebagai obyek dibuat buntung dan rugi tak hanya dunia namun juga akhirat.
Selain itu V-day juga digunakan sebagai media barat untuk merusak tatanan masyarakat timur apalagi Islam.Mengikuti Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang. Tetapimembebek budaya barat. Budaya pergaulan bebas, hidup glamour, materialistis, mengumbar nafsu dan lain-lain.
Jika merayakam V-day adalah tanda bukti cinta dan sayang, sungguh ini hal yang mengenaskan. Mencintai dan mengasihi orang terdekat hanya sekali dalam setahun. Sementara Islam memerintahkan untuk saling mencintai sesama muslim tak pandang waktu, tempat dan jabatan. Tentu perwujudan cinta bukan dengan bergaul bebas dan campur baur laki-laki dengan perempuan. Namun cinta yang teratur oleh syariat Islam yang dibawa manusia maksum Rasulullah SAW. Allahu A’lam.
Liya Yuliana Guru di SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro