Kepahitan 3 Maret 1924
Kamis, 10 Maret 2016 08:00 WIBOleh Liya Yuliana
Oleh Liya Yuliana
Lupa atau tidak tahukah kita peristiwa bersejarah itu? 03 Maret 1924 menjadi hari yang pahit dan memilukan. Menyisakan luka yang dalam. Umat Islam di segala penjuru dunia tercerai berai. Ibarat anak ayam kehilangan induk. Sembilan puluh dua tahun silam kaum muslim merana setelah sekian lama berjaya. Tiga belas abad lamanya menjadikan musuh ketakutan yang menjadi. Namun kini, sungguh jauh berbeda dengan yang dahulu.
Bukan maksud meratapi apa yang telah terjadi. Bukan pula bermaksud mengeluh tanpa arti. Karena seorang muslim haruslah bersyukur dan bersabar dalam segala keadaan. Bukan berarti melupakan sejarah bahkan menimbun sejarah dalam-dalam serta menutupnya rapat-rapat hingga tak layak lagi dipandang. Sejarah masa silam layak untuk diungkap. Sejarah kejayaan umat Islam. Untuk menjadi semangat para generasi muda dan acuan untuk menatap masa depan yang cerah. Masa depan saat kaum muslim kembali berjaya. Bukan lagi dihina.
Sembilan puluh dua tahun silam dan beberapa waktu sebelumnya. Gonjang-ganjing untuk bercerai mulai nampak. Hingga puncaknya pada tanggal 3 Maret 1924 melalui antek Yahudi, Mustafa Kemal At Tartuk kejayaan Islam itu runtuh. Tak ada lagi sisa-sisa kejayaan. Semua tinggal kenangan. Kejayaan sirna, hukum Allah bercerai-berai seiring berjalannya waktu kian jauh dan semakin menjauh. Sebuah tatanan yang sesuai syariat Islam dihancurkan oleh antek Yahudi. Dengan rusaknya sistem pemerintahan kala itu bercerai-berailah segala tatanan kehidupan. Umat Islam kian dihinakan.
Umat Islam di Syiria disiksa habis-habisan oleh Bassar Assad dan syiah. Tak luput pula Palestina, Rohingya, Uighur dan lainnya mendapati siksa yang tak memanusiakan manusia. Tak ada lagi kekuatan meski jumlah lebih dari semilyar. Kaum Yahudi yang hanya jutaan mampu meluluhlantakan kaum muslim yang jauh lebih besar. Al Aqsa yang telah ditaklukkan oleh generasi Islam Salahuddin Al Ayyubi kini tak lagi dalam genggaman. Bahkan didapati untuk masuk ke masjid dimana kamu muslim pertama kali berkiblat harus menunjukkan identitas diri. Masjid yang dengan beribadah di dalamnya dinilai 1.000 kali masjid di tanah air ini tak lagi bebas untuk kaum muslim.
Jika dahulu dengan datangnya Islam mampu mengungguli dua peradaban besar kala itu (Peradaban Romawi dan Persia). Namun kini dengan tercerai-berainya kaum muslim kekuatan itu tak lagi ada. Yang ada tinggallah kenangan dan kesedihan bagi kaum muslim di beberapa belahan. Jika di Indonesia kita mampu pergi kemanapun bebas tanpa penyiksaan, namun coba kita tengok di belahan Palestina. Peluru siap menerpa dan bahkan mereka (kaum muslim) sempat mendapat penyerangan genosida.
Kapitalisme telah berhasil menjadikan kaum muslim sengsara kian menjadi. Sekulerisme dengan memisahkan agama dari kehidupan menjadikan manusia kian bebas beraksi. Seperti hukum rimba siapa yang kuat dialah yang menang. Tak ada lagi kepedulian untuk taat aturan Rabb semesta alam. Pun jika kaum muslim peduli dengan saudara seiman, ternyata tersekat oleh batas wilayah.
Kekayaan alam yang melimpah ruah dari bumi kaum tak lagi di tangan. Tak sedikit kita jumpai saat muslim minoritas, mereka yang taat semakin ditindas. Pelarangan berkerudung, berpakaian syari dan beribadah kepada Ilahi.
Sudah saatnya umat ini bangkit dan bangun dari tidurnya. Menyambut janji Allah bahwa Islam kelak akan kembali berjaya. Bukankah Allah tiada pernah mengingkari janji-Nya? Janji makhluk tak luput dari ingkaran. Namun janji Allah Rabb semesta alam tak pernah ingkar. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka senantiasa menyembah-Ku (samata-mata) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik” (QS An Nuur:55)
Janji yang pasti terjadi. Manusia/kaum muslim yang berharap rida-Nya tentu akan berupaya meraihnya. Roma, akan ditaklukkan sebagaimana bisyaroh Rasulullah. Rasulullah saw pernah ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel” (HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim). Konstantinopel telah takluk pada 1453 M silam oleh sebaik-baik pasukan dan panglima. Muhammad Al Fatih berhasil membuktikannya. Kini, kota Roma menanti kita.
Sudah saatnya kaum muslim tersadar. Menjemput kemenangan dengan persiapan yang matang. Mengupayakan sekuat tenaga dan memperjuangkannya. Semoga keridaan Allah yang didapat. Aamiin. Allahu A’lam.