Kuliner Tradisional
Penjual Lontong Malam Jadi Ramai Karena Proyek Banyuurip
Sabtu, 26 Maret 2016 21:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam - Lapangan Migas Banyuurip, yang menjadi primadona dan akan menyumbang 20 persen kebutuhan minyak nasional, telah memunculkan kecamatan baru di Kota Ledre ini, yakni Kecamatan Gayam. Perekonomian masyarakat dari kelas bawah maupun atas pun tumbuh. Termasuk penjual lontong di depan kantor Kecamatan Gayam, yang biasa buka pada tengah malam.
Nyaminah (60), penjual lontong tengah malam itu, parasnya sederhana. Khas perempuan desa yang selalu tampil apa adanya dan jiwa pekerja kerasnya sangat tinggi. Dengan cekatan, dia mencacah lontong yang dipegangnya, untuk kemudian dituang pada sebuah piring.
Piring itu lantas diberikan pada pelanggannya. Aktivitas itu, kata dia, sudah dilakukannya sejak dulu kala. Dia sudah memulai usaha kulinernya sejak sebelum adanya proyek Banyuurip.
"Kalau jualan sudah lama, 30 tahun lebih. Tapi memang semenjak ada proyek jualan di sini jadi makin ramai," kata Nyaminah.
Pada beritabojonegoro.com (BBC), dia menambahkan bahwa dirinya merasa perubahan di desanya, Gayam, sangatlah cepat. Selain cepat, perubahannya juga tidak terasa. Dahulu, lanjut dia, ketika jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, kondisi jalan sudah sepi dan tak ada yang keluar rumah.
Hal ini berbeda dengan sekarang. Di mana-mana banyak acara. Apalagi yang berkenaan dengan Program Kemasyarakatan Penunjang Operasi (PKPO). Acara-acaranya sering melibatkan pemuda. Dan mengharuskan mereka berkegiatan hingga larut malam.
Peluang ini yang ditangkap Nyaminah, dan kini membuka kios lontongnya hingga larut malam. Dia mengaku tidak ada yang istimewa pada lontong dagangannya. Namun bagi dia yang terpenting adalah konsistensi ketika berjualan.
"Di sini sudah jadi jadi jujukan orang. Kalau tidak jualan pasti banyak yang nyari," papar Nyaminah menjelaskan. (rul/moha)