Tanaman Padi di Lokasi Semburan Lumpur Terancam Gagal Panen
Selasa, 12 April 2016 08:00 WIBOleh Hariyanto
Oleh Hariyanto
Gondang – Jalan menuju ke lokasi semburan lumpur panas dari dalam perut bumi di Dusun Keramat, Desa Jari, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, berupa jalan terjal bebatuan. Letaknya berada di balik perbukitan. Untuk sampai di lokasi semburan lumpur yang berbau belerang itu harus melewati pematang sawah, menyeberangi sungai dan naik perbukitan yang gundul.
Jarak antara semburan lumpur dengan rumah warga sekitar 3 kilometer. Jalan menuju ke arah sumberan tidak bisa dilalui dengan naik kendaraan. Perbukitan yang mengelilingi titik semburan lumpur itu oleh warga setempat digunakan sebagai lahan pertanian untuk menanam jagung. Sedangkan di kaki bukit warga menanam padi. Pengairan di sana tidak sulit karena banyak terdapat sumber mata air yang mengalir di sungai.
Munculnya gejala alam tersebut kini masih diselidiki penyebabnya. Selain itu, kandungan lumpur yang keluar juga belum diketahui apakah berbahaya atau tidak. Pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bojonegoro masih melakukan uji laboratorium lumpur yang sekarang mulai meluber ke persawahan dan mencemari aliran sungai Kali Asin yang digunakan warga untuk mengaliri sawah.
Kali pertama warga setempat mengetahui semburan lumpur panas itu pada Kamis (7/4/2016) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Sebelum munculnya semburan lumpur warga sering merasakan adanya gempa (lindu). Hingga sebelum kemudian muncul semburan lumpur itu warga sekitar mengaku mendengar ledakan yang cukup keras terdengar hingga tiga kali.
Darim (60) Warga Desa Jari, Kecamatan Gondang, mengungkapkan, saat ini semburan lumpur panas itu semakin membesar. Titik semburan itu berada di lahan pertaniannya yang sekarang sedang ditanami padi. Titik semburan yang semula hanya satu titik kini bertambah menjadi empat titik. Tanaman padi yang terkena luberan lumpur saat ini mulai layu dan kering. Padahal bulir padi sudah mulai mentes. "Kalau seperti ini terus bisa gagal panen," ujarnya.
Darim menceritakan, sebelumnya sekitar dua tahun yang lalu di tanah miliknya itu pernah dibor oleh beberapa orang. Namun dia tidak mengetahui untuk apa. Setelah di bor, Darim menjelaskan, orang-orang yang mengaku dari Bandung itu kemudian mengambil tanah dari dasar bumi. Bekas pengeboran itu, kemudian lanjut dia, sekitar Bulan Oktober 2015 keluar airnya. "Keluar pertama itu airnya dingin, lalu panas," jelasnya. (har/kik)