Cinta yang Tertukar
Senin, 18 April 2016 09:00 WIBOleh Liya Yuliana *)
*Oleh Liya Yuliana
LIBERALISME paham kebebasan yang menyedot perhatian masyarakat. Lahan subur penularan virus akut LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transgender). Apa itu LGBT? Lesbi adalah orang yang memiliki ketertarikan/hubungan asmara sesama perempuan. Gay adalah orang yang memiliki ketertarikan/hubungan asmara sesama laki-laki. Biseks adalah orang yang memiliki ketertarikan/hubungan asmara dengan laki-laki ataupun perempuan. Transgender adalah laki-laki yang menyerupai wanita atau wanita yang menyerupai laki-laki.
Cinta yang tertukar, sebuah kata yang tepat untuk LGBT. Penyaluran naluri yang tidak tepat. Dengan dalih kebebasan, seakan manusia bebas tanpa batas. Liberalisme pergaulan (pergaulan bebas) kian marak terjadi di negeri ini. Bahkan gaul bebas layaknya pasutri tak lagi secara sembunyi-sembunyi namun terbuka dan terang-terangan di tempat yang lapang.
Tak hanya pasangan lawan jenis yang belum halal, pasangan sesama jenis pun menjadi booming dengan dalih kebebasan. Dahulu kasus homo dan lesbi menjangkit anak cucu Adam diluapkan dengan sembunyi. Namun kini justru terorganisasi. Virus LGBT kian gencar dikampanyekan. Meskipun jelas ini adalah perilaku menyimpang. Angin segar liberalisme telah terbuka lebar menjadi baju nyaman bagi mereka yang berperilaku menyimpang.
Mereka para pelaku LGBT sadar bahwa dirinya tak mampu berkembang melalui garis keturunan. Sehingga untuk menjaga eksistensi LGBT ditempuh dengan jalan terorganisasi secara massif dan sistematis. LGBT dipromosikan lembaga internasional lewat perangko yang disebarkan oleh lembaga dunia. Konon, perangko tersebut untuk mempromosikan perlakuan yang adil dari komunitas LGBT. Alih-alih menuntut keadilan bagi pelaku, namun ternyata hal ini justru mempromosikan virus LGBT ke tengah elemen masyarakat.
Sasaran para pelaku menyimpang ini tanpa memandang lagi siapa orangnya. Orang dewasa, remaja bahkan anak-anak pun menjadi incaran. Para tokoh liberal tak kalah saing unjuk gigi. Berdalih melindungi LGBT, sejatinya mereka mendukung LGBT itu sendiri. Tak hanya masif menyebarkan virus LGBT, mereka pun gencar menyerang pihak yang kontra LGBT. Akun FB diblokir, hastag dan tulisan berisi anti LGBT dihapus secara sepihak.
Gerakan pro dan penularan LGBT kian cepat. Jika diibaratkan seakan bergerak dengan percepatan yang semakin besar. Jika kita sebagai muslim diam saja maka artinya kita bersiap generasi kita yang akan datang tertular LGBT.
Bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi?
Agar tak salah dalam menyikapi fakta yang tengah berkembang di masyarakat, maka standart yang digunakan harus jelas. Sebagai seorang muslim tentu standart yang digunakan adalah Islam. Jadi menyikapi pro kontra LGBT memakai kacamata islam. Bukan selainnya.
Rasul SAW bersabda: “Dilaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual)”. (HR at-Tirmidzi dan Ahmad dari Ibnu Abbas). Perilaku transgender juga merupakan perilaku yang dilaknat dalam Islam. Ibnu Abbas ra. mengatakan: “Rasulullah SAW telah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita”. (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Oleh karena itu di dalam Islam, ide dan perilaku LGBT jelas menyimpang dan abnormal. Ide LGBT adalah ide haram. Perilaku LGBT adalah perilaku dosa. Karena itu ide LGBT tidak boleh tersebar di masyarakat.
Islam menilai homoseksual sebagai dosa dan kejahatan besar. Islam menetapkan sanksi hukum yang berat terhadap pelakunya. Siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth dan terbukti dengan pembuktian yang syar’i maka pelaku dan pasangannya dijatuhi hukuman mati. Ibnu Abbas ra. menuturkan, Rasul saw. bersabda: “Siapa saja yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, bunuhlah subyek dan obyeknya” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Allahu A’lam.
*) Penulis adalah guru di SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro