Petani Tembakau di Bojonegoro Kian Menurun
Kamis, 25 Agustus 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro - Petani tembakau di Kabupaten Bojonegoro tahun ini mengalami penurunan. Minimnya jumlah petani disebabkan karena jumlah permintaan tembakau menurun. Sebenarnya dari segi cuaca seharusnya sangat mendukung untuk melakukan tanam tembakau.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Tembakau di Kabupaten Bojonegoro, Muhamad Kholid, penurunan jumlah petani tembakau disebabkan karena permintaan tembakau dari gudang berkurang. Sehingga hal itu mempengaruhi petani untuk menanam tembakau.
"Kalau dari segi cuaca sebenarnya tahun ini bagus jika digunakan untuk menanam tembakau, namun karena permintaan sedikit sehingga hanya sedikit petani yang tanam tembakau," ujarnya.
Saat ini luasan lahan tembakau menurut data Asosiasi Petani Tembakau di Bojonegoro hanya seluas kurang lebih 5.000 hektare. Luas tersebut tersebar di Kabupaten Bojonegoro. Mulai dari Kecamatan Ngraho, Tambakrejo, Padangan, Ngasem, Sugihwaras, dan Kecamatan Kedungadem.
Musim tanam tembakau pertama biasanya dilakukan pada bulan Mei, namun banyak petani yang menunda tanam karena masih turun hujan. Banyak petani mulai tanam padi pada bulan Juni hingga bulan Juli. "Ada beberapa kecamatan yang sudah memanen tembakau," terangnya.
Harga jual tembakau sendiri kini mulai dari Rp 1.200 - Rp 1.500 per kilogram berupa daun bawah yang masih basah. Sedangkan jika dijual dalam kondisi sudah dikeringkan per kilogramnya senilai Rp 20.000. Sedangkan petani tembakau itu biasanya menjual pada perusahaan rokok.
Perusahaan rokok Sampoerna biasanya membeli tembakau petani hingga luasan sekitar 700 hektar. Sedangkan perusahaan rokok Djarum bisa 2.000 sampai 3.000 ton. "Jumlah itu pada tahun 2014 dan 2015. Sedangkan tahun ini (2016) belum ada perusahaan rokok yang menghubungi untuk membeli tembakau," jelasnya.
Kholid mengatakan, adanya isu rencana kenaikan harga rokok hingga Rp50.000 perbungkus sendiri belum menjadi perbincangan bagi petani tembakau. Hanya beberapa kelompok tani yang sempat menghubunginya menanyakan hal tersebut. "Petani tidak terpengaruh dengan harga rokok," terangnya.
Sementara salah seorang petani tembakau di Kecamatan Temayang, Dasuki masih menanam tembakau. Dia tidak terpengaruh dengan isu kenaikan harga rokok. Biasanya hasil panen tembakau tersebut dirajang sendiri kemudian dijual kepada pengepul. Namun tahun ini dia belum memanen tanaman tembakaunya.
"Tiap tahun menanam tembakau, biasanya saya jual sendiri dalam bentuk sudah rajangan," terangnya. (her/kik)