Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Gelar Ritual Sembahyangan
Kamis, 25 Agustus 2016 09:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Tuban - Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio Tuban menggelar sembahyang untuk menghormati arwah umat, Rabu (24/8/2016) kemarin. Acara sembahyangan itu disertai memberi bingkisan buceng untuk warga tanpa ada status sosial dan ekonomi.
Sebelum sembahyangan berlangsung, petugas klentheng mempersiapkan 1.400 bingkisan buceng di atas dua meja yang ada di depan halaman depan klentheng. Bingkisan itu dikemas seperti berkatan-selametan seperti tradisi orang jawa-dengan diberi tancapan kertas warna merah dan kuning tertulis masing-masing nama umat yang memberi sumbangan.
Sementara umat Tri Dharma melaksanakan sembahyangan di dalam klentheng secara khidmat dipandu oleh seorang tokoh klentheng, di halaman depan klentheng, warga sudah mengantre sekitar 30 menit sebelum gelaran sembahyangan.
Mereka berdiri di samping meja. Dua meja pun penuh dengan peserta rebutan buceng dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Tak sedikit yang memegangi bingkisan agar tidak diambil orang lain. Ada juga yang membawa karung warna putih untuk tempat bingkisan, sebab, tak ada aturan satu orang mengambil satu bingkisan.
Usai sembahyangan, seorang pengurus memberi aba-aba dimulainya rebutan buceng. Sontak, warga yang sudah menunggu di sebelah meja langsung berebut. Kurang dari lima menit, semua buceng yang tadinya ditata rapi di atas meja ludes.
Warga yang kesulitan mengambil bingkisan di tengah meja mulai naik. Sahut menyahut bingkisan pun terjadi, khususnya warga yang membawa karung. Mereka tak menghiraukan bingkisan itu sudah dipegang orang lain
Tampak dua perempuan setengah baya berhasil mendapatkan tujuh sampai 10 bingkisan buceng. Mereka terlihat duduk di tangga halaman sembari terengah-engah mengatur nafas dan menyantolkan bingkisan ke jari-jarinya.
“Saya sudah antri di sini sejak pagi. Tadi dapat tujuh bingkisan,” kata Juminah yang mendampingi temannya mengamankan bingkisan dari rebutan orang lain.
Bingkisan tersebut berisi nasi, biskuit, garam, kopi, dan tahu. Khusus nasi, Juminah akan memberikan ke ayam-ayamnya. Sedangkan bahan makanan lainnya digunakan untuk anggota keluarganya.
“Nasinya nanti saya berikan ke ayam,” ujar Juminah yang mengaku bisa mengambil banyak bingkisan karena sudah menunggu di pinggir meja tempat bingkisan.
Meski jumlah bingkisan banyak dan peserta rebutan hanya seratusan orang, ada juga warga yang tidak mendapatkannya. Mereka adalah warga Desa Prunggaan, yaitu, Mani’ah dan Tri Fatmawati beserta anaknya.
“Tidak kebagian, kalah cepat dengan yang lain” kata Fatmawati.
Mani’ah juga tidak mendapatkan bingkisan buceng. Ia mengaku ketinggalan. Mani’ah datang ke lokasi rebutan buceng sekitar 10 menit setelah acara rebutan dimulai. “Baru kali ini ikut, tapi tidak dapat bingkisan” kata perempuan paruh baya ini.
Sementara itu, Ketua Klentheng, Gunawan Putra Wirawan mengatakan, ada 2.000 bingkisan puceng yang disediakan pengurus klentheng. Sebanyak 1.400 bingkisan dibagikan kepada warga, sisanya dibagikan ke umat klentheng.
“Istilah kami, cara ini rebutan buceng, seperti tradisi jawa saat sedekah bumi,” katanya.
Rebutan buceng digelar setiap tahun sekali, yakni pada bulan imlek tanggal belasan. Tujuannya sebagai upacara menghormati arwah umat klentheng yang sudah meninggal lebih dulu.
“Biasanya dilaksanakan oleh setiap umat, kemungkinan umat sudah pindah ke daerah lain, maka klenteng berkewajiban melakukan ini,” papar Gunawan.
Selain sembahyangan dan rebutan buceng, pengurus klentheng juga membagikan beras sebanyak lima ton bantuan dari umat klentheng kepada warga. Beras sebanyak itu dikemas dalam bingkisan sebanyak 1.000 bingkisan.
“Masing-masing warga mendapat lima kilogram beras. Biar mendapat beras, mereka mengambil kupon dulu untuk ditukar beras,” tandasnya. (her/kik)