Hijrahmu Lampaui Batas Maksimalmu
Selasa, 18 Oktober 2016 18:00 WIBOleh Liya Yuliana *)
*Oleh Liya Yuliana
Hanya orang besar yang berani bermimpi besar. Seberapa besar impian manusia sebesar itulah dirinya. Ada saatnya manusia berubah dari jahiliyah menuju cahaya Ilahi yang terang. Kisah pendahulu begitu indah untuk dikenang dan menjadi motivasi bagi kita generasi masa kini. Sebagaimana kisah Nabi Musa as yang begitu menginspirasi. Ketika itu Nabi Musa as telah membunuh salah seorang yang tengah bertikai. Lalu berlarilah beliau menjauh dan menjauh. Ia berharap segera bisa melakukan kebaikan. Bertemulah dengan domba yang digembalakan dua orang wanita. Domba yang menantikan untuk dipenuhi kebutuhan minumannya. Dia pun segera mengambil kesempatan tersebut tanpa menunggu nanti dan tanpa kata tapi. Diambilkannya air untuk domba tersebut. Sehingga terpenuhilah kebutuhan minum pada domba.
Ketika dahulu Rasulullah mendakwahkan Islam bukanlah instan ribuan sahabat berbondong-bondong sekaligus masuk Islam. Akan tetapi melalui proses yang panjang. Sehingga Rasulullah pun melakukan hijrah ke Madinah. Aneka macam cara dilakukannya agar mendapat nushrah (pertolongan) dari para penguasa. Beliau menemui Bani Kindah, mereka menolak seruan Rasul. Lalu mendatangi Bani Amir bin Sha’sha’ah. Mereka pun menolak ajakan Rasulullah. Selanjutnya beliau Rasulullah mendatangi Bani Hanifah. Mereka menolaknya dengan cara kasar dan keji yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab lainnya. Seruan yang dilakukan Rasulullah kepada mereka sama. Pertama, yakni agar beriman kepada Allah SWT saja dan membuang yang lain-Nya diantara sesembahan-sesembahan yang palsu. Kedua, Rasulullah menyerukan agar melindungi Rasulullah, membelanya dan menghadapi setiap orang yang memusuhinya. Berbagai macam tekanan dari kaum kafir pun pernah dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Berhijrah memang tidak mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa. Mengutip sebuah kata menginspirasi “Perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama”. Langkah pertama begitu sulit, langkah kedua dan selanjutnya terasa lebih ringan dan mudah. Membangun habit (kebiasaan) memang sulit pada awalnya namun ketika dipaksakan maka makin hari terasa makin ringan. Begitu pula dengan berhijrah dari kemaksiatan menuju jalan terang terasa sangat sulit dan tidak mudah. Cacian, hinaan orang lain, godaan dari dalam diri sendiri sudah pasti ada. Tinggal seberapa besar komitmennya untuk berhijrah menuju kebaikan.
Cukupkah dengan sekedar hijrah?
Rasulullah dalam berhijrah bukan sekedar pindah begitu saja. Namun ada goal yang dituju. Tatkala berhijrah ke Madinah, di sanalah Rasulullah menjadi kepala negara. Membangun peradaban besar yang mampu mengungguli peradaban sebelumnya. Berhijrah bukan sekedar menuju kebaikan begitu saja. Namun berhijrah karena Allah dengan target yang jelas. Dengan begitu semoga senantiasa semakin dekat dengan Allah.
Manusia bukanlah robot yang berjalan sesuai program. Akan tetapi melaksanakan apapun demi mendapat rida Rabb semesta alam. Manusia dibekali akal oleh Allah untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Mana yang halal dan haram. Tentu dengan petunjuk Alquran dan sunah. Dengan akal dan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia mengharuskan diri bersyukur. Yang menjadi pertanyaan bagaimana cara kita bersyukur?
Cara Bersyukur
Mengutip buku karya inspirator SuksesMulia Jamil Azzaini diantara tanda bersyukur manusia adalah dengan mengupayakan apa yang dimilikinya. Mengoptimalkan passionnya dan mempersembahkan yang terbaik untuk sekitar. Kembali diingatkan oleh jargon bapak Bupati Bojonegoro Kang Yoto “Lampaui Batas Maksimalmu”. Kebanyakan manusia mengupayakan minimalis apa baik keringat, pikiran dan lainnya untuk menjalankan aktivitasnya. Sehingga hasil yang didapatkan biasa. Berbeda halnya dengan mereka yang expert, senantiasa mempersembahkan yang terbaik untuk menjalankan segala aktivitasnya.
Saatnya Berhijrah
Bulan Muharram saat yang tepat untuk hijrah. Hijrah menuju taat. Hijrah dari kegelapan menuju jalan terang. Hijrah dari yang minimalis menjadi maksimal dan optimal. Saatnya melampaui batas maksimal. Karena hidup di dunia hanya sekali untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi.
Penulis guru SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro