Ustad Kasmidi, Pengasuh Pesantren An-Nawawi Sobontoro
Belasan Tahun Entas Santri Sakit Jiwa ke Hidup Normal
Minggu, 13 September 2015 22:00 WIBOleh Ahmad Bukhori
Oleh Ahmad Bukhori
Balen - Mendidik santri yang jiwanya normal dapat dilakukan oleh banyak ustad. Namun, mendidik dan mengobati santri yang kena gangguan kejiwaan tidak dapat dilakukan setiap ustad. Meskipun memiliki wawasan agama dan keilmuan kuat, belum tentu dapat melakukan hal itu. Karena, memang mendidik dan mengasuh santri yang berlatar belakang gangguan jiwa adalah hal sulit.
Seperti yang dilakukan Ustad Kasmidi (40). Beliau mengaku sudah belasan tahun mengurus dan mengasuh santri-santri terganggu kejiwaannya. Ini dilakukan untuk meneruskan usaha Kiai Fahrur Rozi di Pondok Pesantren An-Nawawi di Desa Sobontoro, Kecamatan Balen.
"Perlu ketekunan dan kesabaran yang ekstra dalam merawat santri-santri seperti itu," katanya kepada BBC sebutan BeritaBojonegoro.com, beberapa waktu lalu.
Kasmidi adalah menantu dari KH M Fahrur Rozi pendiri Ponpes An-Nawawi, beliau lahir pada tanggal 10 Oktober 1975 di Tuban, tepatnya di Desa/Kecamatan Soko. Pada tahun 1999 beliau dinikahkan dengan putri Kiai Fahrur Rozi.
Dia diminta mertuanya menetap di ponpes dan membantu mengasuh santri-santrinya. Namun, Kiai M Fahrur Rozi wafat pada 12 Februari 2012, sejak saat itu dia mengurus dan mengasuh ponpes sendiri.
Menangani santri yang bertingkah dan bersikap kurang wajar adalah hal biasa baginya. Ustad paruh baya bertubuh kekar ini tidak gentar dengan santri yang berpostur tubuh lebih besar sekalipun. Karena, itu adalah pekerjaan sehari harinya.
"Bagi santri yang baru masuk, jika sifatnya merusak dan suka ngamuk maka akan saya rantai biar tidak mengganggu santri yang lain," terangnya.
Saat ini, ada tujuh orang santri yang diasuh Kasmidi. Tiga santri itu berjenis kelamin perempuan dan empat laki laki. Enam dari tujuh santri itu sudah menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Ada satu santri laki-laki remaja yang masih dirantai kakinya. "Karena baru masuk dan suka mengamuk," sambungnya.
Kasmidi menambahkan, saat musim caleg pasti pondoknya itu penuh. "Terhitung 50 sampai 60 calon kades yang berasal dari dalam dan luar Bojonegoro yang depresi, karena gagal mencalonkan diri," tuturnya.
Masih katanya, proses penyembuhannya selain dengan terapi keagamaan, pengasuh juga melakukan terapi tradisional. Jika sudah normal, santri akan dimandikan dengan air bunga yang diartikan sebagai penyucian jiwa.
Dia juga menjelaskan perihal jumlah yang telah disembuhkan sudah ratusan santri dan dipulangkan ke rumahnya. Dan waktu penyembuhannya, kata kasmidi, bervariasi, tidak bisa dipastikan. "Karena yang menyembuhkan itu bukan saya, melainkan atas pertolongan Allah Swt,” pungkasnya. (ori/tap)
*) Foto ustad kasmidi