Makna Pluralitas dan Toleransi Umat Beragama
Senin, 30 Januari 2017 07:00 WIBOleh Fatwa Amalia Rahmawati
Oleh Fatwa Amalia Rahmawati
Pluralisme merupakan perbedaan, dan perbedaan itu adalah sesuatu yang nyata dan tidak dapat dipungkri. Penolakan terhadap pluralisme akan menimbulkan konflik, karena meniadakan sesuatu yang nyata merupakan pengingkaran terhadap kehendak Tuhan.
Pluralisme tidak sebatas mengakui perbedaan, melainkan menghormati perbedaan. Perlu diakui bahwa masyarakat indonesia adalah majemuk, karenanya segala perbedaan harus dihormati. Masyarakat indonesia harus memiliki sikap toleransi terutama toleransi umat beragama. Jika tidak bisa menerapkan sikap toleransi, maka anda tidaklah layak menjadi warga indonesia. Jika sikap toleransi dapat dilakukan maka tidak mungkin ada perselisihan yang berujung konflik.
Berbagai peristiwa yang sempat memanas di wilayah indonesia akhir-akhir ini menyangkut tentang kepentingan beberapa kelompok masyarakat. Dalam pertentangan dan perdebatan itu mengedepankan, isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) yang menjadikan konflik dalam kelompok masyarakat tersebut.
Agama seringkali dipermasalahkan dalam kemajemukan bangsa, semua mengakui agama yang dianut adalah agama yang paling benar. Kita sebagai warga indonesia harus meyakini sikap toleransi, agar bangsa kita tidak mudah terpecah belah.
Melihat kejadian yang terjadi di indonesia tentang konflik agama, dapat dijadikan bukti bahwa selama ini firman Tuhan tentang mengajarkan cinta kasih sesama manusia, dan perdamaian belum kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Lantas bagaimana tanggapan dan hal yang harus dilakukan agar indonesia memiliki sikap tolerasi terutama toleransi umat beragama? Saya mengajukan pertanyaan kepada ibu Yuni Hartini (Guru agama Khatolik), mengenai tanggapan beliau tentang organisasi masyarakat yang memecah belah kesatuan NKRI. Beliau menjawab “Saya tidak suka sama sekali dengan ORMAS yang memecah belah negara kita, sudah tau kalau negara ini negara yang majemuk kita harus bisa berfikir dewasa dan harus memiliki jiwa toleransi dan tidak fanatik mbak,” katanya.
Benar sekali yang dikatakan beliau, saya bertanya lagi seputar toleransi, yaitu toleransi umat kristen terhadap umat non kristen “Apakah diwilayah ibu toleransi atas umat beragama masih tinggi?,” tanyaku. “iya tinggi mbak.. contohnya kalau ada perayaan natal ibu-ibu PKK menyumbang makanan begitu pula kalau ada idhul fitri, kami umat kristiani ikut meyumbangkan makanan dan dimakan bersama-sama” tutur ibu yang kerap disapa bu yun itu.
Dapat disimpulkan bahwa toleransi didalam pluralitas itu sangat indah, aplikasikan firman Tuhan dalam kehidupan kita, jadilah manusia yang berfikir kritis dan tidak fanatik. Jadilah warga indonesia yang damai. Ingat saja pancasila sila pertama yang berbunyi: ketuhanan yang maha esa. Tentu saja orang tidak bertuhan tidak dapat hidup di indonesia, ingat saja bahwa semua Tuhan menginginkan perdamaian. (*/kik).
* Siswi Sekolah MAN 2 Bojonegoro Kelas XII.
Alamat Desa Balenrejo RT 18/02 Kecamatan Balen