Ignasius Jonan, Sang Menteri Lapangan
Jumat, 03 Februari 2017 08:00 WIBOleh Muhammad Roqib *)
*Oleh Muhammad Roqib
Suatu siang di tahun 2010 di Madiun
Seorang pria berjalan sendirian menyusuri rel kereta api di jalur Madiun di daerah Saradan. Ia mengamati satu per satu bantalan kayu rel itu, sesekali ia menunduk, tangannya menyentuh besi rel dan bantalan kayu. Ia mengamati sekeliling, sesekali menulis di buku kecil lalu dimasukkan ke saku celana.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, beberapa gerbong kereta api teronggok di pinggir jalur rel kereta api. Gerbong-gerbong itu lepas dari jalur rel dan masuk ke parit. Sehari sebelumnya, kereta api Logawa terguling, merenggut enam korban jiwa dan 69 penumpang luka-luka.
Pria itu adalah Ignasius Jonan, saat itu menjabat Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI). Ia tidak mau hanya mendengar laporan kejadian itu, ia memilih turun langsung ke lapangan, menyusuri rel kereta api, mengetahui langsung penyebab kejadian kereta api sampai terguling itu.
Mengetahui ada Ignasius Jonan menyusuri rel kereta api sendirian, saya yang saat itu sedang liputan langsung mendekat, mau mewawancarainya. Saya berondong beberapa pertanyaan terkait kejadian kecelakaan ini, ia pun menjawab sambil masih terus menyusuri rel kereta api. Sepertinya baru kali ini ada wawancara di sepanjang rel kereta api.
Ignasius Jonan, tipikal orang yang gesit dan lincah. Ia tipikal pekerja. Pernah suatu ketika ia ramai diberitakan lantaran tidur di kursi di dalam gerbong kereta api. Rupanya, ia tidak sempat pulang dan terpaksa menginap di gerbong kereta api itu.
Ignasius Jonan dipilih oleh Presiden Jokowi mengisi kursi menteri perhubungan. Kerjanya yang cekatan cocok mengisi kabinet kerja ala Jokowi. Namun, menteri Jonan tak bertahan lama sebagai menteri perhubungan. Ia dicopot saat perombakan kabinet. Jonan sempat vakum beberapa saat. Namun kemudian Jokowi menunjuknya kembali sebagai menteri, namun kali ini sebagai menteri energi dan sumber daya mineral. Banyak yang meragukan kemampuannya, sebab ia belum punya pengalaman di bidang energi. Namun, Jonan menjawab enteng. “Pengalaman saya itu pernah menjadi menteri,” ujarnya.
Saya bertemu lagi dengan menteri Jonan, saat ia mengunjungi salah satu sekolah tinggi perminyakan di Cepu. Turun dari mobil, ia langsung menyapa orang-orang yang menunggunya. “Selamat pagi, apa kabar. Tampaknya, serius-serius sekali wajah-wajah di sini ha ha,” candanya yang langsung disambut tawa oleh orang-orang.
Sang menteri Jonan lalu mengisi kuliah tamu di sekolah tinggi perminyakan itu. Ia tak banyak berteori, apalagi berwacana. Ia bahkan mengajak para dosen di sekolah itu magang di industri migas. “Tidak ada penemuan besar dari laboratorium sekolah, penemuan besar itu kebanyakan dari laboratorium industri,” ujarnya.
Gaya bicara Jonan juga langsung ceplas ceplos, langsung ke sasaran. Dengan enteng pula, ia mengatakan,”Jangan banyak berteori, langsung praktek saja. Ya seperti orang menikah lah, teorinya sedikit, tapi praktiknya banyak. Sepanjang hidup,” ujarnya disambut tawa gerrr seisi ruangan.
Usai dari sekolah itu, beberapa jurnalis mengerumuninya, namun ia menolak wawancara. Ia bilang, usai salat Jumat saja, kebetulan hari itu hari Jumat. Ia lalu meluncur ke lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu.
Usai pertemuan, beberapa jurnalis mengerumuninya lagi, mau wawancara. Namun, lagi-lagi ia menolak, lalu mengajak ke lokasi pengoperasian produksi minyak mentah. Cuaca mendung tebal tak menyurutkan niatnya masuk ke lapangan minyak Banyu Urip. Tak berapa lama kemudian, hujan deras mengguyur. Dari bus, menteri Jonan pakai payung untuk menuju ke lokasi kontrol produksi minyak. Ia lalu mengajak jurnalis yang menunggu di bus untuk masuk, melihat langsung ruangan kontrol produksi minyak mentah. Setelah itu, ia mempersilakan jurnalis untuk bertanya di tempat itu pula.
Jonan, sang menteri yang suka berada di tengah-tengah lokasi yang ia pimpin. Ia sang menteri yang suka turun langsung ke lapangan. (*/kik)
ilustrasi www.okezonenews.com