Menyambut Kepulangan Jamaah Haji 2015
Menjadi Mabrur
Selasa, 13 Oktober 2015 21:00 WIBOleh Totok AP
Oleh Totok AP
“Dadi haji mabrur kuwi gampang tengerane. Nek wis balik, wong kuwi tambah loman. Samubarang nek menehi nyah-nyoh wae marang liyan."
“Sak liyane iku, ya kudu tambah sengkud lehe ibadah. Jamaahe sengkud, sak durunge azan wis teka ndisik, karo tangga teparo ya grapyak semanak, kabeh solah bawane manfaati.”
Penulis masih terngiang pesan dalam bahasa Jawa yang disampaikan KH Jamaludin SAg saat memberi ceramah dalam acara syukuran pemberangkatan salah satu jamaah calon haji di Kelurahan Klangon, Bojonegoro, dekat kediaman penulis, beberapa waktu lalu.
Menurut penulis, pesan ini cocok untuk menyambut kedatangan jamaah haji Kloter 32 dan 33 asal Bojonegoro pada Selasa pagi 13 Oktober dan Kloter 34 Rabu 14 Oktober. Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kira-kira seperti ini;
”Cara mudah melihat ciri haji mabrur itu, bisa dilihat ketika orang berhaji itu kembali ke rumah atau kampungnya. Dia itu berubah menjadi orang yang semakin dermawan. Kalau memberi orang itu tidak lagi perhitungan”.
“Selain itu seorang haji mabrur juga meningkat ketekunannya dalam beribadah. Dalam berjamaah salat, sebelum azan dia sudah datang ke masjid. Dengan tetangga atau sesama juga semakin akrab dan setia, murah senyum, semua perilakunya selalu membawa manfaat”.
Jika menelaah pesan-pesan itu tampaknya menyandang gelar haji berat konsekuensinya. Beban berat itu melekat secara rohani dan jasmani. Sebab, orang berhaji setelah pulang ke kampung halaman dituntut meningkat komitmen sosialnya. Contohnya, ya tambah dermawan, peduli lingkungan sekitar, murah senyum dan ringan tangan membantu sesama. Selain itu, jangkauan amal dan ibadahnya juga bertambah luas. Ini yang disebut sebagai haji mabrur.
Dari beberapa sumber pustaka diketengahkan bahwa haji mabrur itu ditandai dengan membekasnya makna simbol amalan yang dilaksanakan di tanah suci. Makna simbol itu lalu terwujud atau diupayakan terwujud dalam bentuk sikap perilaku sehari-hari.
Secara bahasa kata mabrur berasal dari bahasa Arab dengan akar kata “barra” yang artinya berbuat baik atau patuh. Kemudian menjadi “birrun atau al-birru”, yang berarti kebaikan.
Karena itu, sering haji mabrur diterjemahkan sebagai haji yang diterima dan mendapat kebaikan Allah SWT, sehingga pelakunya menjadi baik. Jadi, haji mabrur adalah orang berhaji yang setelah pulang ke kampung halaman memiliki komitmen sosial lebih kuat. Komitmen sosial itulah yang menjadi indikasi dari kemabruran haji.
Dalam tulisan Amin Khakam el Chudrie di hakamabbas.blopspot.co.id, secara panjang lebar menyebutkan bahwa pelestarian kemabruran haji membutuhkan upaya-upaya yang sebenarnya menjadi inti atau hikmah dari beberapa amaliah ibadah haji. Upaya itu harus disosialisasikan di luar haji dan senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
- Pengambilan atau penentuan sikap untuk berbuat sesuai aturan merupakan realisasi pengambilan sikap miqat ihram. sehingga seorang haji senantiasa dituntut untuk selalu berbuat sesuai aturan (syari’at).
- Mengenakan pakaian ihram melambangkan persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh psikologis pada seorang haji.
- Senantiasa mendahulukan atau mementingkan panggilan Allah SWT merupakan manifestasi dari ungkapan talbiyah.
- Thawaf yaitu mengelilingi kakbah sebanyak tujuh putaran yang dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad, hakekatnya adalah kita diajak untuk mengikuti perputaran waktu dan peredaran peristiwa namun tetap berdekatan dengan Allah SWT.
- Kata Sa’i adalah usaha, yang bisa dikembangkan dalam hidup baik pribadi, keluarga maupun masyarakat. Ibadah ini memberikan makna sikap optimis serta usaha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai tantangan yang terjadi.
- Intropeksi diri dalam setiap saat, apa dan bagaimana ia semestinya bersikap dan berbuat adalah merupakan cerminan makna wukuf di Arafah.
- Kegiatan menyembelih qurban adalah memperlihatkan ketaatan dan menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT berupa nikmat tebusan atau bershodaqoh kepada fakir miskin.
- Kesediaan untuk sewaktu-waktu beriktikaf, berkhalwat, dan mencoba lebih mengenali alam lingkungan sambil berdzikir kepada Allah SWT merupakan cerminan dari pada makna mabit di Muzdalifah.
- Bertekad membelakangi segala kemaksiatan dan membencinya merupakan makna ramyul jamarat (melontar jumroh).
- Menghindari seluruh aktivitas yang dapat berdampak negatif dalam lingkungan kehidupan, merupakan realisasi untuk tidak berburu binatang buruan, memotong pepohonan dan menyakiti orang lain.
- Cinta kedamaian, berjiwa sosial dan tolong-menolong merupakan makna berjamaah dalam rangkaian semua ibadah.
- Kesiapan memberikan kesempatan orang lain mendapatkan kemuliaan, digambarkan dalam kesiapan mengalah untuk cukup melambaikan tangan ke Hajar Aswad, apabila dalam keadaan sulit untuk menyentuhnya.
- Selama ibadah haji dilarang melakukan kemaksiatan dan kemarahan adalah merupakan proses melatih diri menahan nafsu dan angkara murka.
- Memasuki kota Makkah artinya kita telah sampai di tanah suci yang dimuliakan Allah SWT agar kita selamat dari hukuman pada hari perhitungan.
- Hijir Ismail yang arti harfiyahnya pangkuan Ismail (ibu Nabi Ismail) memberikan pelajaran bahwa Allah SWT memberikan kedudukan untuk seseorang bukan karena keturunan atau status sosial akan tetapi karena ketakwaannya.
- Kendaraan yang mengangkut serta mengantar adalah cerminan bahwa kita ibarat jenazah yang sedang diangkut menuju negeri akhirat.
Itulah makna dan hakekat haji, maka dapatlah dijelaskan bahwa peribadatan kepada Allah SWT, sekalipun berlainan cara dan ragamnya akan tetapi mempunyai satu tujuan yaitu ketaatan dan bukti penghambaan diri dengan sebenar-benarnya.
Dengan demikian ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang sangat indah apabila dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka pasti akan mengantarkan setiap pelakunya dalam lingkungan kemanusiaan yang benar.
Semoga tulisan yang ringan ini bisa menjadi pelajaran bagi kita dan jamaah haji asal Bojonegoro yang telah tiba pada Selasa 13 Oktober 2015 dan Rabu 14 Oktober 2015. (*)
Ilustrasi apakabardunia.net