Sejak Dulu, Kereta Api Jadi Moda Transportasi Massal yang Penting
Selasa, 20 Oktober 2015 08:00 WIBOleh Muhammad Roqib *)
*Oleh Muhammad Roqib
Kereta api boleh dibilang merupakan transportasi paling kuno yang masih bertahan di Indonesia hingga sekarang. Ide tentang membangun jaringan perkeretaapian di Jawa atau di Hindia Belanda pada masa Kolonial Belanda muncul tahun 1825-1830 pada masa Gubernur Belanda Van den Bosch. Pada masa itu, pemerintah Kolonial Belanda sedang memberlakukan sistem tanam paksa untuk mengisi kas pemerintahan Hindia Belanda yang minus. Kemudian, pada tahun 1840 Gubernur Hindia Belanda, Van der Wijck mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda.
Nah, jaringan kereta api pertama di Indonesia dibangun pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang-Tanggung yang berjarak 26 kilometer. Sebenarnya, pembangunan jawatan kereta api ini untuk memudahkan Kolonial Belanda mengirim hasil bumi berupa rempah-rempah dan lainnya dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Pada 1876, Pemerintah Kolonial Belanda membangun jaringan kereta api yang menghubungkan Tanjung Priok di Batavia (Jakarta, red) dan Tanjung Perak Surabaya. Sampai sekarang, jaringan kereta api bikinan Belanda itu masih dipakai untuk lalu lalang kereta api barang maupun kereta api penumpang di tanah Jawa.
Kereta api sejak dulu menjadi salah satu moda transportasi massal yang penting. Minke, tokoh dalam Tetralogi Buru, yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, misalnya sering pulang dari Surabaya, tempat dia belajar di sekolah kedokteran, ke tanah kelahirannya di Blora, Jawa Tengah, naik kereta api. Namun, ia menggambarkan kereta api pada masa itu masih menggunakan tenaga mesin uap. Minke juga menikmati setiap pemandangan hamparan persawahan yang hijau di sepanjang perjalanan kereta api itu.
Kereta api juga masih menjadi idola moda transportasi darat hingga sekarang. Di tanah Jawa, jalur kereta api ada yang disebut jalur selatan dan jalur utara. Wilayah Bojonegoro misalnya dilalui oleh jalur utara tersebut.
Namun, sejak jalur rel ganda di jalur utara dibangun tahun 2014, perubahan banyak terjadi. Kereta api yang dulu disebut jawatan dan kini disebut PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini semakin komersil. Suasana seperti dulu misalnya kereta api ekonomi yang penuh sesak penumpang, para pedagang yang menjajakan jajanan, dan juga copet yang berkeliaran sudah tidak terlihat lagi. Tidak ada lagi penumpang berdesakan atau berdiri, atau bayar di dalam kereta saat kereta api sedang meluncur. Semuanya berubah. Stasiun menjadi bersih, calon penumpang bisa membeli tiket lewat pemesanan online, dan tidak ada lagi pedagang yang berkeliaran di dalam kereta api ekonomi. Apalagi, kereta api kelas bisnis dan eksekutif. Memang, suasana dan pelayanan kereta api itu menjadi nyaman dan enak. Namun, di sisi lain juga ada yang dikorbankan, misalnya pedagang yang bergantung hidup dari berjualan di kereta api tadi.
Sejak ada jalur rel ganda di jalur utara, kini kereta api yang melintas juga semakin padat. Bayangkan, setiap 15 menit ada kereta api yang melintas. Setiap hari ada 50 sampai 60 kereta api yang melintas siang dan malam. Tak berhenti, nonstop. Kereta api yang paling banyak melintas adalah kereta api barang yang mengangkut peti kemas dan barang perdagangan dari Tanjung Priok di Jakarta ke Tanjung Perak di Surabaya.
Namun di sisi lain, meningkatnya mobilitas kereta api ini belum diimbangi dengan sarana yang mendukung bagi keselamatan warga yang setiap hari melintasi rel kereta api. Dalam dua hari ini saja misalnya, dua kejadian di perlintasan rel kereta api terjadi. Di perlintasan rel kereta api Kelurahan Jetak, Kota Bojonegoro, minibus yang mengangkut rombongan pengajian terjebak di tengah rel dan dihantam kereta api barang. Tiga nyawa terenggut. Sehari setelahnya, kepala dusun Piyak yang naik sepeda motor hendak menyeberangi rel tak berpalang pintu dihantam kereta api dari arah timur (Surabaya). Sepeda motornya ringsek dan korban meninggal seketika.
Memang, di sepanjang jalur kereta api di wilayah Bojonegoro ini sudah ada palang pintu dan dijaga oleh petugas. Namun, kejadian seperti di palang pintu berpenjaga di Kelurahan Jetak masih saja terjadi. Apalagi, di sepanjang jalur kereta api di Bojonegoro ada ratusan perlintasan dan jalan tikus yang tidak berpenjaga. Di beberapa titik, ada warga setempat yang membantu warga menyeberangi rel kereta api.
Dinas Perhubungan Pemkab Bojonegoro tahun ini juga akan mengoperasikan tujuh palang pintu elektrik mulai di Desa Sraturejo Baureno, Medalem Sumberejo, Talun Sumberejo, Panglima Polim Kota Bojonegoro, Kalipang Kalitidu, Pungpungan Kalitidu, Beged Gayam. Dan akan ada bantuan dari Kementerian Perhubungan sebanyak dua palang pintu elektrik yang lokasinya akan ditempatkan di Kalianyar, Kecamatan Kapas dan Balen diperkirakan pada akhir Oktober atau awal November 2015.
Pembangunan palang pintu elektrik tahun 2014 itu memakan biaya sebesar Rp 1,4 miliar dengan masing-masing tempat dengan biaya sebesar Rp 200 juta. Biaya ini termasuk pos penjagaan, palang pintu, serta pemasangan kamera CCTV (Circuit closed television). Ada 40 penjaga palang pintu yang akan menjaga palang pintu elektrik tersebut. Setiap palang pintu akan dijaga tiga petugas secara bergiliran.
Kalau sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian memang kereta api yang melintas di sepanjang jalur rel kereta api tidak akan disalahkan apabila terjadi kecelakaan. Sepanjang, masinis, asisten masinis, petugas penjaga palang pintu, dan lainnya telah menjalankan pengoperasian perkeretaapian itu sesuai standar operasional yang telah ditentukan. Namun, lain lagi misalnya, apabila di jalur tertentu kereta api hanya boleh melintas dengan kecepatan maksimum 50 kilometer per jam, tetapi sang masinis menjalankan kereta api dengan kecepatan 80 kilometer per jam dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan, maka sang masinis dianggap melakukan kelalaian.
Soal pembangunan palang pintu di sepanjang jalur rel kereta api ini juga menjadi masalah yang pelik sejak dulu kala. Pihak Dinas Perhubungan, PT KAI, dengan pemerintah daerah selalu saling lempar tanggung jawab, tarik ulur, tumpang tindih, dalam soal siapa yang menanggung biaya pembangunan palang pintu, menggaji tenaga penjaga palang pintu dan lainnya. Sering juga, ketika terjadi kecelakaan, masyarakat yang menjadi korban disalahkan karena tidak memerhatikan rambu-rambu yang telah dipasang di perlintasan kereta api, tidak menoleh kanan-kiri saat akan melintas, dan lain sebagainya.
Saya membayangkan, suatu saat jalur kereta api di tanah Jawa ini bisa dibangun di bawah tanah. Mempunyai terowongan sendiri sehingga jalur rel kereta api itu tidak membahayakan bagi pengendara sepeda motor, mobil, dan lainnya yang berada di darat. Atau, di sepanjang jalan perlintasan itu dibangun terowongan agar pengendara bisa lewat terowongan itu sehingga pasti tidak akan terjadi tabrakan. Pada saat pengendara sepeda motor lewat dan kebetulan ada kereta api lewat, yang terdengar pasti hanya suara gemuruh, tuuuuuut tuuuuuuut, genjreng genjrenggg, genjrengggggg. Tetapi, tidak akan ada sepeda motor atau mobil yang dihantam kepala kereta api hingga ringsek atau remuk. Semoga ke depan, moda kereta api di tanah Jawa semakin baik dan tidak ada lagi kecelakaan hingga merenggut korban jiwa. salam.
Foto www.youtube.com