Kritis, Air Bengawan Solo Sudah Tidak Boleh Disedot
Selasa, 27 Oktober 2015 08:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota – Debit air Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro terus menyusut selama musim kemarau tahun ini. Saat ini air Bengawan Solo seharusnya sudah tidak boleh disedot untuk keperluan pengairan persawahan maupun keperluan industri minyak dan gas bumi (migas). Alasannya, kondisi air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu sudah kritis.
Menurut Kabid Operasional, Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Masahid, hasil pengamatan yang dilakukan Perum Jasa Tirta (PJT) Malang saat ini debit air Sungai Bengawan Solo sudah habis. Di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, pintu air hanya dibuka tujuh meter kubik per detik.
"Dalam perjalanan air dari Gajah Mungkur sampai ke Bendung Gerak di Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro sudah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan," ujarnya, Selasa (27/10).
Untuk menjaga keseimbangan air baik dari hulu hingga hilir, maka ketersediaan air seharusnya sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Ketinggian elevasi di Bendung Gerak sekarang sekitar +13 meter, sedangkan pada posisi normal +15 meter. Untuk pengendalian penggunaan air Bengawan Solo, PJT Malang membuka pintu Bendung Gerak hanya empat meter kubik per detik.
Pembukaan pintu bendung gerak yang hanya empat meter kubik per detik ini untuk menjaga keseimbangan air di hulu dan hilir. Selain itu juga mempertahankan ketersediaan air hingga musim hujan.
"Kondisi ini banyak yang mengeluhkan, baik di hulu dan hilir. Setiap hari menyusut antara 10 sentimeter elevasi di Bendung Gerak," pungkasnya.
Kondisi Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro memang terlihat menyusut drastis. Bebatuan dan endapan pasir di dasar sungai terlihat jelas. Bahkan, beberapa titik perahu penyeberangan dipindah karena kondisinya sudah dangkal. Jembatan bambu juga bisa dibangun di atas bentangan sungai itu.
Namun di sisi lain, air Bengawan Solo terus disedot untuk keperluan pengairan persawahan, air baku PDAM, dan juga keperluan industri migas Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro. Di sisi lain, kerusakan Bengawan Solo juga kian parah lantaran adanya tambang pasir ilegal. (ver/kik)