Membentuk Budaya Makan Anak Bojonegoro yang Sehat
Senin, 02 November 2015 08:00 WIBOleh Rahmat Junaidi *)
*Oleh Rahmat Junaidi
Saya akan bercerita kepada para sahabat terkait suatu kegiatan mulia di masyarakat khususnya masyarakat Bojonegoro, dimana kegiatan ini sangat penting tapi tidak terliput oleh media massa, sehingga sebagian besar kita tidak mengetahui, padahal ini merupakan transformasi level operasional yang terjadi di Bojonegoro.
Pada akhir tahun 2014 dan diawal tahun 2015 kami melakukan riset dan kegiatan gabungan bekerjasama dengan Universitas Indonesia ( UI) khususnya Fakultas Kedokteran yang kami istilahkan sebagai Gerakan Makanan Sehat Anak Sekolah, di mana kegiatan ini pertama kali diteliti di Jakarta tetapi pelaksanaan selanjutnya dilaksanakan di Bojonegoro.
Gerakan ini ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat khususnya Anak SD untuk secara nyata mengimplementasikan Food Education sebagai bagian yang terukur dalam kurikulum pendidikan Nasional kita. Khususnya di pendidikan dasar dan menengah. Juga memasukkannya di dalam pendidikan non formal untuk pemberdayaan masyarakat luas.
Kita semua sama mengetahuinya bahwa nilai-nilai hidup seperti Social - Personal Responsibility dan Life Skills harus diajarkan sedini mungkin dan merupakan bagian dari long life learning. Kita pun mengetahui bahwa pembentukan (healthy) food habit adalah di bawah usia 12 tahun masa tumbuh kembang anak, berarti pendidikan dasar amatlah krusial., food revolution khas Indonesia sedang bergulir, pelaksanaan awal dilaksanakan di Bojonegoro saat ini melibatkan peran serta pemerintah kabupaten yang selanjutnya akan menyusul kota/kabupaten lain di Indonesia dengan hanya satu tekad pasti bisa bila kita bersama mencegah the Lost of Generation yg sudah terjadi sebenarnya di depan mata kita. Kita tidak bisa hanya mengurus keluarga kita dengan benar, tapi di sekeliling kita para calon teman anak-anak kita "Layu sebelum bersemi"
Argometer tumbuh kembang anak-anak berjalan terus, tidak bisa menunggu sampai negeri ini bebas korupsi atau punya kurikulum pendidikan yg ideal. Ini yang banyak dari kita semua lupa : tumbuh kembang anak amat eksklusif, begitu mencapai usia 18 tahun sukar dibentuk lagi, apalagi brain development.
Program gizi ibu hamil dan posyandu adalah salah satu sumbangan efektif untuk memastikan tumbuh kembang anak optimal, namun bagaimana dengan anak usia sekolah?.
Kalau MenKes RI beberapa waktu lalu sampai mengatakan 40% anak Indonesia otaknya "hang" karena kurang gizi, berarti sebenarnya lebih banyak lagi yang tidak terdeteksi (fenomena gunung es), bagaimana dengan yang kurang gizi terselubung?.
Penelitian terbaru memperlihatkan betapa rendahnya asupan bahan nutrisi omega 3 dan 6 dalam makanan anak Indonesia yang merupakan salah satu penentu penting tumbuh kembang organ otak kita, sementara negeri kita negeri bahari. Yayasan Kanker Indonesia menemukan angka kanker yang meningkat di anak dan usia dewasa muda yang kita tahu keracunan menahun bahan berbahaya dalam makanan minuman anak Indonesia sehari-hari sangat patut dicurigai sebagai salah satu penyumbang terbesar terjadinya kanker di usia muda ini. Bagaiman peran sekolah, food industry, pemerintah daerah dalam membina para pedagang penjual makanan, peran orangtua terdidik untuk mendidik anak menjadi konsumen yang cerdas dan mampu memelihara kesehatan dirinya, dan peran pemerintah pusat dalam menyusun kebijakan publiknya?.
Berhubung isu makan sehat anak sekolah tidak seksi seperti isu anti korupsi, ekonomi, pengangguran, pencemaran lingkungan dan lain-lain, maka kami juga terpaksa mengajak semua pihak khususnya para keluarga mampu dan berpendidikan : "Mohon, bantu anak-anak kita untuk mempunyai teman yang sehat dan produktif seperti dirinya.”
Kali ini kami pun mengajak siapapun yang peduli untuk mensukseskan gerakan makanan sehat anak sekolah sebagai langkah awal dilaksanakan di 3 SD negeri pilot project yaitu SDN Ngrowo 2, SDN Kadipaten 1 dan SDN Kadipaten 2. Kegiatan ini bukan saja berihktiar mencerdaskan bangsa sesuai amanat UUD, namun pula mengimplementasikannya dalam bentuk yang lebih komprehensif.
Mohon bantu anak negeri untuk menjadi generasi unggul sehat jasmani rohani sosial.
Hentikan laju Generasi Hilang. You are what you eat. Food Revolution harus terjadi pula di negeri ini.
(Bila chef Jamie Oliver dari Inggris menggulirkan petisi Food Revolution ditujukan untuk mengimbau negara-negara G20 akan mirisnya keadaan status kesehatan anak sekolah di dunia akibat obesitas yang disebabkan oleh makanan tak bergizi, maka di Indonesia kita didera dengan masalah kurang gizi dari sejak dalam kandungan dan semasa sekolah beserta masalah gizi berlebih di perkotaan yang bersama sama menyumbangkan hadirnya the Lost of Generations).
* Penulis adalah Kabid Sosbud Bappeda Bojonegoro
Ilustrasi www.dumaipos.co.id