Pengantar Sebuah Fantasi Menuju Hidup Abadi
Minggu, 07 Februari 2016 09:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Alkisah, disuatu masa hiduplah seorang gadis kecil bernama Winnie Foster. Ia merupakan anak tunggal dari sebuah keluarga yang memegang ketat peraturan. Semuanya harus teratur dan rapi. Hidup seakan monoton baginya. Ia bahkan tnyaris ak boleh pergi melewati pagar rumahnya. sendirian Kadang Winnie merasa bosan dan ingin memberontak.
Winnie Foster yang berusia sepuluh tahun, sudah muak selalu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya. Sehingga suatu hari dia memutuskan untuk melarikan diri dan akhirnya bertemu dengan seorang lelaki muda bernama Jesse yang akan mewarnai hidupnya kelak. Selain Jesse, Winnie juga bertemu dengan keluarganya, keluarga Jesee.
Mae Tuck dan keluarganya pindah ke pedalaman hutan Di desa treegap. Mereka selalu ke sana setiap sepuluh tahun untuk bertemu anak anaknya, termasuk Jesse.
Novel karya Natalie Babbitt ini diterjemahkan oleh Mutia DharmaAtria dan diterbitkan Atria 2010 lalu. Adalah tentang bagaimana bila kita bisa hidup selamanya dan tidak bertambah tua. Seperti para vampir dalam Twilight. Tetapi di Novel ini, mereka yang hidup abadi itu adalah manusia biasa. Bagaimana rasanya tidak bisa mati? Dari pertanyaan itulah cerita ini bertolak.
Pada awalnya mungkin itu membuat kita tercengang dan senang. Namun lama lama terasa menakutkan. Bagaimana dunia dan orang sekeliling beranjak menjadi tua, sedangkan mereka tetap dengan paras dan usianya yang muda. Mereka beberapa kali mencoba bunuh diri dengan cara yang berbeda tetapi mereka bahkan tidak luka sedikitpun. Akhirnya pada tiap habis beberapa masa, sekali mereka terus berpindah tempat agar tidak ada yang mengenali mereka.
Adakah rahasianya? Tentu saja ada. Sebab pada setiap yang tak wajar, selalu tersimpan rahasia. Pada saat Winnie bertemu Jessie, pemuda itu sedang berada di sebuah mata air. Mata air itulah rahasianya. Dan mati matian merahasiakannya. Mereka minum air dari situ dan mereka jadi abadi.
Winnie mendapatkan air minum ajaib itu dari Jesse, dan dia bisa memutuskan apakah dia akan meminum air tersebut dan menjadi awet muda selamanya? Hal yang sulit diputuskan mengingat usianya sangat muda. Namun Winnie tetap memiliki keputusannya sendiri.
Nama Winnie terpampang di sebuah nisan beberapa tahun kemudian oleh keluarga Tuck yang kembali dari perjalanan mereka. Rupanya Winnie tidak meminum air ajaib tersebut. Pilihan yang sangat cerdas pikir mereka. Karena itulah yang harusnya mereka lakukan dahulu kala bila mengetahui resikonya.
Bertambah usia, menjadi tua adalah suatu hal yang alami untuk dijalani. Mengetahui bahwa ada akhir dari perjalanan hidup akan membuat kita lebih memakai hidup ini seperti apa. Melewati hari demi hari, menikmati setiap perubahan yang terjadi pada tubuh sendiri untuk mengerti arti hidup yang sebenarnya.
Bila Anda di posisi Winnie akankah memilih sebaliknya? Menjadi gadis usia sepuluh tahun selamanya? Membaca buku ini kita bisa belajar banyak dari anak sepuluh tahun itu. Keinginan tidak punya batas dan berada di wilayah ide. Sementara ide bukanlah yang nyata. Sementara yang nyata selalu berperang memberangus ide. Adakah yang bisa mempertemukan? Di novel ini jawabannya adalah mata air itu. Tapi sayang Winnie tidak memilih untuk mendamaiakan keinginan yang tak wajar menurut alam nyata. Dia lebih memilih kenyataan.
Buku ini adalah cerita fantasi. Ruang dimana kita bisa menerjemahkan ide ke dalam suatu bentu cerita dan kenyataan yang utuh, namun hanya terjadi di dalam alam fiksi, yang diadakan dengan fantasi. Saat kita kembali dari fantasi dan menginjakkan kaki pada yang nyata, kita akan merenung sejenak dan memaknai, apa yang baru saja terjadi? Juga bisa diposisikan sebagai sebuah pengantar untuk berfantasi andai saja kita hidup abadi. Sekali lagi adalah fantasi. Tidak terlarang bahkan disarankan. Harapannya, saat kembali dari berfantasi, kehidupan bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya.