Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburahman El Shirazy
Selasa, 19 April 2016 09:00 WIBOleh Betty Aulia
Oleh Betty Aulia
Membaca novel mini ini rasanya tidak bisa melepasnya dari tangan sebelum akhir cerita usai. Jalan ceritanya lebih sederhana, namun tetap meninggalkan kesan mendalam. Pantas jika ditulis di bagian sampul sebagai novel psikologi Islami pembangun jiwa.
Cerita dalam novel ini berawal dari seorang lelaki yang memperistri wanita bernama Raihana tanpa dasar cinta. Pernikahan yang terjadi hanyalah karena rasa baktinya kepada ibu. Raihana itu seorang wanita cantik, berjilbab, salihah, dan hafal Alquran. Raihana mencintai suaminya sepenuh hati, meski sang suami belum bisa mencintainya.
Kisah selanjutnya, rupanya si lelaki, dalam khayalnya, malah jatuh hati dan tergila-gila dengan gadis Mesir. Sebab, dia pernah sekolah di negeri asal Cleopatra itu. Dia menganggap gadis Mesir itu titisan Cleopatra, Ratu Mesir zaman Romawi. Dalam khayalnya, gadis Mesir itu sangat cantik dengan paras putih jelita, hidung melengkung indah, mata bulat bening, dan bibir merah merekah. Kalau tersenyum, lesung pipinya menyihir siapa saja yang melihatnya. Bahkan dikatakan jika ada 3 orang gadis Mesir yang berdiri di hadapannya, maka yang cantik ada 6 orang. Tiga untuk gadisnya dan 3 lagi untuk bayangannya.
"Waktu pun terus berputar dan aku lenyap dalam khayalan tanpa memperhatikan komunikasi dengan sang istri. Di rumah bagaikan aku hidup sendiri, tapi Raihana yang ceria dan setia mendampingiku walau dia sedang mengandung anak kami. Aku tidak peduli padanya".
Si lelaki itu terus terbuai angannya. Sampai-sampai dia melupakan istrinya. Dia berkhayal menikahi gadis Mesir yang jelita itu. Padahal di rumah, istrinya si Raihana tergolong wanita salihah dan patuh suami. Raihana tidak ingin diceraikan suaminya. Meskipun suaminya memperlakukan buruk, Raihana tetap setia.
"Aku pernah marah besar ketika aku tertidur pulas dan bermimpi menikahi seorang wanita Mesir titisan Cleoptra. Tiba-tiba Raihana membangunkanku untuk menunaikan salat subuh. Aku terbangun dengan sangat marah padanya tapi di sisi lain Raihana menyadarkanku agar aku menunaikan kewajibanku. Aku tetap kesal sehingga dia berulang-ulang meminta maaf, aku hanya diam dan tidak lama meninggalkannya. Aku semakin hari tergiur dengan keindahannya wanita Mesir, membuatku berkhayal tiap waktu sampai realita kehidupan ku acuhkan".
Dalam perjalanan waktu, Raihana tak bosan mendoakan suaminya. Hingga kebesaran Allah SWT mengetuk hati si suami. Suaminya pun berubah 180 derajat. Berubah benar-benar jatuh hati kepada Raihana.
"Raihana pada saat itu sedang hamil tua dan ia memutuskan untuk menjalani persalinan dirumah orang tuanya. Tiba-tiba aku merasa kesepian dan kebiasaan Raihana yang selalu menyambutku pada saat pulang ngantor, menyediakan air panas untuk mandi, memberikan teh hangat sebelum tidur, membangunkanku setiap malam untuk Qiyamul lail. Rasa rinduku pada Raihana mulai tumbuh".
"Di sebuah kafe yang berada di kawasan kampus, aku bertemu dengan teman-temanku sesama dosen. Mereka menceritakan kisah hidupnya yang pernah menikahi wanita Mesir. Ia sempat gila dan ingin memutuskan akhir hidupnya. Kisah temanku menyadarkan betapa beruntungnya aku dapat menikahi gadis Jawa yang lugu, sopan, patuh, dan pintar. Aku semakin tersadar dan memutuskan untuk pergi ke rumah orangtua Raihana. Aku berjalan di pinggir toko dan melihat baju setelan. Aku berpikir Raihana pasti cantik dengan balutan setelan itu, aku pun langsung membelinya".
Namun sayang, pada akhir cerita, cinta si suami hanya menemui perpisahan. Ketika cinta mulai bersemi, rupanya Allah lebih menghendaki memanggil Raihana ke sisi-Nya.
"Di perjalanan aku sudah tidak sabar ingin bertemu Raihana yang sudah lama tidak bersamaku. Ketika sesampainya di sana. Aku heran ibu mertuaku memandang dengan penuh kepiluan. Aku semakin bertanya-tanya "Mana Raihana?", ibu yang menjawab dengan terbata-bata mencengangkan seluruh ragaku dengan perkataan "Raihana sudah meninggal seminggu yang lalu". Bagiku semua itu seperti petir di siang bolong yang menyambarkan dan masuk ke aliran darah, meremukan jantungku. Aku menangis tidak percaya begitu saja Raihana meninggalkanku untuk selama-lamanya. Ibu memberikan surat padaku dari Raihana yang isinya bahwa Raihana mempunyai tabungan di bank dan bukunya di bawah tempat tidur. Di dalam surat itu Raihana juga menitipkan pesan, yaitu "jaga dirimu mas baik-baik". Aku semakin menyesal, hidupku penuh dengan sesak penyesalan. Ibu membawa ku ke tempat peristirahatan terakhir Raihana. Aku semakin tak bisa membendung air mata dan seketika itu memudarkan pesona Cleopatra".
Inilah cerita novel mini yang bisa menjadi sarana untuk membangun jiwa islami. Dan untuk memberikan pengetahuan yang baru bagi seluruh pemuda bahwasanya kecantikan itu bukanlah yang utama. (ety/kik)