Rembesan Minyak di Kedung Asin Dusun Nglantung Desa Drenges Kecamatan Sugihwaras
Dulu Dimanfaatkan untuk Menyalakan Lampu Teplok
Sabtu, 30 April 2016 18:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota - Sebuah sungai di Dusun nglantung Desa Drenges Kecamatan Sugihwaras kabupaten Bojonegoro menyimpan fenomena alam yang jarang ditemui di daerah lain. Pasalnya di sungai itu, tepatnya di lokasi yang bernama kedung asin, sudah puluhan tahun terdapat rembesan minyak yang keluar dari dalam air dan bebatuan yang berada di pinggiran sungai.
Minyak yang berwarna coklat kehitaman tersebut ada yang keluar dari dalam tanah secara terus menerus, ada pula yang hanya keluar dengan jangka waktu tertentu.
Desa Drenges Kecamata berjarak lebih dari 20 Km dari Kota Bojonegoro. Dari pantauan beritabojonegoro.com (BBC), Sabtu (30/04) sekitar pukul 11.30 WIB siang tadi, terlihat minyak tanah yang terus keluar dari dalam air dan bebatuan secara perlahan. Akibat dari rembesan minyak itu kondisi air sungai yang saat ini tergolong tidak terlalu deras arusnya itu tercampur dengan minyak. Sunagi tersebut dikenal masyarakat sekitar sebagai Kedung Asin.
Menurut Kepala Dusun Nglantung Desa Drenges Kecamatan Sugihwaras Sugiyanto (36) fenomena alam rembesan minyak itu sudah terjadi sejak dirinya masih kecil. Ia mengingat dahulu pernah ada pula penelitian mengenai fenomena alam tersebut. “Namun entah bagaimana kelanjutannya. Masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan rembesan minyak ini. Dulu sebelum ada listrik, warga memanfaatkannya sebagai bahan bakar lampu teplok,'' ujarnya.
Selain penelitian tersebut ia tidak mengetahui lagi tindakan pemerintah mengenai fenomena rembesan minyak di Kedung Asin. Ia dan salah satu pemuda desa setempat menunjukkan beberapa titik lokasi rembesan. Selain itu ia juga memperlihatkan bagaimana masyarakat dahulu memanfaatkan rembesan minyak menjadi bahan bakar lampu teplok.
Dengan menggunakan bulu ayam sebagai alat untuk menyerap minyak yang keluar dari sana. Lalu ia memeras bulu yang sudah terlumuri minyak itu kedalam botol lampu teplok.
“Kalau saat ini sudah banyak listrik masyarakat tidak memanfaatkanya lagi dan membiarkan begitu saja rembesan minyak tersebut,'' lanjutnya.
Tentang nama Dusun Nglantung, Sugiyanto bercerita, kata itu bersal dari kata lantung, yang artinya minyak mentah. (pin/moha)