Hidup Seringkali Seperti Mocha, Ada Pahit dan Manisnya
Sabtu, 21 Mei 2016 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
"Kalau kamu mengandaikan hidupmu sebagai kopi yang pahit, sekalipun ada yang manis, kamu akan tetap merasa pahit. Begitu juga bagiku, hidupku itu seperti cokelat yang gurih. Maka, sekalipun ada yang pahit, aku akan mencoba menetralisasi. Kalau kamu terlalu sulit untuk memahami maka aku memberikan jembatan ini. Cangkir yang menghubungkan dua hal ini, kopi dan cokelat untuk menjadi moka. Dua cangkir ini hanya untuk menggambarkan hidup secara lebih realistis meski membingungkan, ada pahit ada gurih. Hidup itu secangkir moka!"(hal 139)
Beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi akhir akhir ini, tentu saja membuat geram kita semua. Bilamana korban pemerkosaan tetap hidup dan menjalani kehidupan selanjutnya?. Sialnya di negeri kita, seringkali korban pemerkosaan justru mendapat tekanan publik dan bukan dukungan. Ketakutan untuk melaporkan kejadian, dan ketakutan akan cemohan masyarakat, para korban enggan melaporkan kejadian tersebut pada kepolisian.
Saya teringat satu Novel fiksi tentang korban pemerkosaan yang berjuang untuk tetap hidup dengan luka batin yang dia alami. Judulnya the Mocha Eyes karya Aida M. A yang diterbitkan Bentang Pustaka 2013.
Muara, namanya. Seorang gadis yang ceria dan sangat ramah dengan siapapun. Dulu, sebelum malapetaka itu datang, gadis yang akrab dipanggil Ara itu diperkosa oleh teman kampusnya. Setelah itu ayahnya, sangat syok dengan kejadian tersebut dan malah meninggalkan Ara. Ara pun enggan melaporkan kejadian tersebut pada kepolisian dan memilih mengurung di kamar menangisi semua kejadian.
Dia terus saja merasa bahwa dialah yang salah. Dia merasa tidak bisa menjadi putri kebanggaan ayahnya lagi, karena itu ayahnya meninggalkannya.
Ara terus hidup, tetapi tanpa senyum dan semangat dalam menjalani hari-harinya. Dia tidak lagi pergi kuliah, dan hanya pindah kerja dari satu tempat ke tempat yang lain.
Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang terapis di sebuah acara. Berkali-kali dia Ara selalu bertindak ketus dan menghindari terapis tersebut. Namun laki-laki yang bekerja sebagai terapis juga motivator itu tidak menyerah. Dia tahu ada yang salah dengan Ara. Dan dia berusaha membantunya.
Tidak mudah untuk mencoba memaafkan diri sendiri. Menerima kejadian kejadian buruk di masa lalu dan mulai menghadapinya. Ara selalu mencoba melarikan diri dari semua hal itu, karena itu dia ingin berubah. Dia ingin keluar dari tempurung dan menjadi Ara yang lebih baik
Aida mampu mengubah kebencian pembaca untuk mulai mendukung Ara. Aida menggiring dengan kata-kata dalam novel ini agar Ara harus didukung. Melepaskan segala amarah dan mulai memaafkan segala luka di masa lalu.
Walaupun bergenre populer, Aida membuat kita akan menikmati Novel ini. Kejadian setiap kejadian tidak terkesan menye menye. Asyik untuk dinikmati siapapun. (ver/kik)