Novel Rinai (2012) Karya Sinta Yudisia
Karena Mereka Memiliki Allah
Jumat, 17 Juni 2016 14:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
MIMPI seringkali dijadikan sebagai pertanda sebuah kejadian. Buktinya, ada buku tafsir mimpi. Apalagi jika sebuah mimpi terjadi berulang-ulang dan sangat menyeramkan.
Sinta Yudisia menyajikan sebuah karya yang berbeda melalui buku ini, Rinai (FLP, 2012). Konflik utamanya memang pada mimpi seorang gadis biasa. Rinai nama gadis itu, yang digunakan sebagai judul novel ini. Hampir setiap malam Rinai selalu bermimpi sama, melihat ular. Karena ada asumsi bahwa perempuan yang bermimpi ular itu berarti memiliki nafsu seksual yang besar, maka Rinai enggan sekali menceritakan mimpinya kepada siapapun.
Latar belakang Rinai dalam keluarga cukup rumit. Peran perempuan yang hanya sebagai pihak yang mengalah membuatnya ingin memberontak. Dan Rinai berjuang untuk itu. Bahkan dia dengan berani mengajukan diri untuk menemani dosennya melakukan penelitian di Gaza, Palestina.
Untuk selanjutnya, cerita beralih ke Palestina. Dalam novel ini diperlihatkan bagaimana orang-orang di sana tetap melanjutkan hidup walaupun rudal, mesiu dan perang bisa terjadi kapan saja. Makanan dan minuman seadanya, segalanya serba seadanya, namun semangat mereka untuk hidup luar biasa. Tokoh utama Rinai dihadapkan oleh keteguhan orang-orang di sana, bagaimana mereka menegakkan agamanya, bagaimana hanya dengan dekat dengan Allah, mereka memperoleh kegigihan untuk terus hidup.
Kita akan dibuat merinding saat membaca kisah tentang bocah kecil yang berlari-lari menembus ledakan mesiu hanya untuk melindungi adiknya. Hanya tinggal dia dan adiknya yang tersisa dalam keluarganya. Semuanya telah tewas jadi korban perang yang tak berkesudahan. Namun bocah itu tetap bisa tersenyum dan berbahagia.
Ada juga kisah seorang perempuan yang menikah dan setelah itu tidak ada bulan madu layaknya pasangan biasa. Dia harus siap ketika dirinya harus menjanda. Karena suaminya tewas. Tidak ada yang pasti dalam hidup mereka. Namun mereka tetap bisa hidup bahagia.
Pengalaman Sinta Yudisia di Gaza benar-benar dituangkan dalam novel Rinai ini. Keindahan di Gaza, orang-orang yang ramah, lelaki yang sangat melindungi dan menjaga pandangannya terhadap perempuan, anak-anak yang kehilangan keluarganya.
Novel ini sangat tepat dibaca bulan Ramadan. Kita akan belajar bagaimana orang muslim di Gaza bertahan dan menikmati hidup. Walaupun segalanya serba terbatas, perang, dan boikot. Mereka tetap bisa hidup dan tersenyum, mereka tetap gigih. Karena mereka memiliki Allah. Begitu....