The Japanese Wife, Kunal Basu
Kamis, 23 Juni 2016 09:00 WIBOleh Muhammad Roqib *)
*Oleh Muhammad Roqib
Saya jarang membaca karya buku dari penulis atau pengarang India. Ketika saya melihat salah satu buku berjudul The Japanese Wife karya Kunal Basu, penulis kelahiran Kolkata, India, saya langsung penasaran. Saya ingin mengenal karya sastra India.
Kunal Basu adalah salah seorang dari sedikit penulis yang menggeluti genre fiksi sejarah romantis dalam tradisi sastra India. Nah, dalam bukunya ini, The Japanese Wife, saya ternyata menikmati gaya penulisan genre fiksi sejarah romantis ini.
Kisah dimulai dari seorang guru bernama Snehamoy. Ia seorang intelektual dan tinggal di kota kecil di India di dekat Sungai Matla. Kehidupan Snehamoy menurut saya sungguh agak konyol. Selama dua puluh tahun ia menjalin kasih dengan seorang perempuan Jepang bernama Miyage. Ia selalu berkirim surat dengan Miyage. Kekasihnya itu, Snehamoy pun tidak tahu wajahnya, juga rajin berkirim surat.
Sepasang kekasih di belahan negara berbeda di Asia ini sungguh romantis. Lihat saja tulisan surat dari Miyage pada Snehamoy,”Snehamoy yang baik. Aku menantikan suratmu. Tentu saja, aku bersedia jadi sahabat penamu. Arti namaku adalah hadiah,” tulis Miyage dalam salah satu suratnya.
Hubungan Snehamoy dengan Miyage, hubungan jarak jauh lewat surat menyurat itu semakin dalam. Hingga akhirnya, Miyage menulis surat lagi,”...nah Snehamoy, aku harus menyampaikan sesuatu yang penting kepadamu. Aku ingin mengajukan diri sebagai istrimu. Tolong katakan kepada bibimu bahwa aku akan menjadi menantu yang baik. Jika kau bersedia, kita akan menikah,” tulis Miyage.
Snehamoy seperti mempunyai kehidupan sendiri yang tidak bisa dimasuki oleh teman-temannya, bahkan oleh bibinya sendiri. Sering Snehamoy diolok-olok oleh bibinya atau teman-temannya, tetapi Snehamoy tetap begitu mencintai Miyage.
Tetapi, kisah cinta Snehamoy dan Miyage berakhir tragis. Miyage menyampaikan lewat surat kalau ia sedang sakit keras. Ketika menulis surat pada Snehamoy, ia mengabarkan kalau ia telah tiada. Snehamoy membawa kisah cintanya dengan Miyage itu hingga akhir hidupnya. Ia terkena gigitan nyamuk pembunuh yang menyebar di Sungai Matla. Ia akhirnya meninggal.
Kisah selanjutnya kemudian melompat ke cerita yang lain. Evelyn, seorang perempuan dari Amerika, melakukan perjalanan ke India. Ia kemudian bertemu dengan Yoginder Singh. Evelyn diminta oleh mendiang suaminya membuang abu suaminya ke Sungai Gangga. Evelyn dan Yoginder, seorang duda keren, bertemu ketika dalam penerbangan. Kemudian, Yoginder mengajak Evelyn menginap dan tinggal sementara di rumahnya.
Evelyn dan mendiang suaminya, seorang musisi gaek, sangat menyukai musik. Warna musiknya adalah rock and roll. Nah, Yoginder, sebagaimana orang India kebanyakan juga suka menyanyi dan menari. Yoginder dan Evelyn berbagi pengalaman dan keasyikan menyanyi dan menari. Namun, dua manusia yang sudah sama-sama matang ini ragu untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Kisah lain bercerita tentang seorang profesor keturunan Israel Amerika, Jacob Tsur, yang melakukan perjalanan ke New Delhi, India. Ia kemudian bertemu dengan Randhir, seorang pemandu wisata lokal. Jacob dulunya beristrikan seorang perempuan keturunan India bernama Ofra. Ia seperti ingin mengenang masa kecil Ofra itu dengan menjelajahi India.
Dalam cerita lainnya, Kunal Basu mengajak pembaca menyusuri kisah di Tiongkok, Rusia, Filipina, dan kembali lagi ke India. Kunal Basu begitu piawai meramu cerita dan menggambarkan detail kehidupan dan latar cerita di masing-masing kisah di negara-negara Asia dan Eropa itu. Kunal Basu mampu menjelajah pemikiran dan pandangan di tiap-tiap kehidupan masyarakat yang berbeda-beda itu. Namun, kisahnya bercerita tentang manusia dengan berbagai kebudayaan dan latar yang berbeda-beda. Terus terang, saya belum selesai membaca buku ini, jadi mari kita membaca bersama buku menarik ini.
Penulis pegiat Langittobo dan Kampung Ilmu Bojonegoro