Film Swades (2004)
Patriotisme dalam Kepulan Asap Rokok
Rabu, 24 Agustus 2016 12:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
RAJA Bolliwood, Syakhrukh Khan, kali ini berperan sebagai Mohan, pria dari India yang mencapai posisi penting di badan antariksa dan astronomi Amerika Serikat, NASA. Mohan menjadi manager peluncuran satelit pemantau cuaca dan pemrediksi bencana alam banjir.
Hidup Mohan di Amerika Serikat diwarnai dengan karir gemilang, berkecukupan dan fasilitas mewah. Kenikmatan dan kemudahan itu tak kunjung membuatnya bahagia. Tampak dari wajahnya yang selalu murung lantaran diselimuti kegelisahan.
Aura bahagia dan senyum keceriaan tak pernah muncul dari wajahnya. Selain pekerjaan, hidupnya tak lepas dari kepulan asap rokok. Pada asistennya yang sudah dianggap sebagai sahabatnya sendiri, dia mengatakan bahwa sedang rindu pada India.
Di India terdapat seorang yang ingin dia jumpai. Usai kedua orang tuanya meninggal, Mohan diasuh oleh seorang perempuan paroh baya. Perempuan itu bernama Kaveriamma. Setau Mohan, Kaveriamma tinggal di sebuah panti jompo. Sebab itu dia langsung menuju panti jompo ketika tiba di India.
Mohan sempat bingung lantaran tidak menjumpai Kaveriamma di sana. Diketahui bahwa teman masa kecil Mohan, Gita, telah menjemputnya untuk tinggal di satu desa terpencil. Desa terpencil itu bernama Charanpur. Di tempat itu Gita berjuang melawan patalogi sosial lewat dunia pendidikan. Gita mengajar sekolah yang didirikan oleh kedua orang tuanya.
Untuk sampai di Charanpur, Mohan harus menggunakan mobil karavan. Kepulan asap rokoknya juga selalu setia menemani. Dia menjumpai pengalaman luar biasa selama perjalanan. Kenyataan lebih miris lagi dijumpainya di Charanpur. Desa yang masih sangat terbelakang bila dibanding dengan tempat tinggalnya dulu yakni Amerika.
Di Charanpur, hamparan kemiskinan masih menggejala. Proses transformasi sosial selalu terkendala oleh adanya kasta. Warga dari kasta rendah dianggap tidak berhak mendapat akses sumberdaya alam. Seperti halnya air dan lahan pertanian. Kenyataan ini sungguh di luar pikiran sadarnya.
Belum lagi terdapat masalah mendesak lagi untuk diselesaikan. Listrik di situ sering padam. Mengandalkan peran pemerintah untuk menyelesaikannya ibarat menunggu ketidakpastian. Selalu ada harapan namun sangat kecil. Bahkan cenderung tidak mungkin. Diskusi-diskusi yang dilakukannya dengan Gita, membuatnya terpanggil untuk berperan mengatasi problem listrik disana. Padahal cutinya sudah akan habis.
Mohan menyulut sebatang rokok. Lantas menggoreskan pensil pada kertas putih, dan merancang pembangkit listrik tenaga air. Pada awalnya dia hanya dibantu oleh 2 orang saja. Namun dia berhasil menyakinkan penduduk sekitar untuk bergerak bersama membangun pembangkit listrik tenaga air itu.
Ada yang menyumbang tenaga, makanan dan juga hartanya. Dengan gerakan yang dilakukan bersama itulah mereka dapat membangun tenaga listrik sendiri. Sehingga krisis listrik yang dialami warga Charanpur dapat teratasi. Desa mereka pun sekarang jadi terang. Dan dengan demikian, akan tercipta peradaban baru yang lebih maju.
Film-film India lain biasanya berdurasi sekitar 2 jam atau lebih. Film Swades yang dirilis tahun 2014 ini berdurasi sekitar 2,5 jam. Plot yang ditampilkan sungguh mengalir. Sudut pandang dan alur maju membuat kita turut terhanyut dalam isi cerita. Dibesut oleh sutradara Film Lagaan, Ashutos Ghawarier, film Swades sungguh bergizi untuk diikuti. Perpaduan nada Mayor dan minor yang pas membuat kita mudah terlarut pada suasanan.
Satu hal yang perlu digarisbawahi dari pesan film ini adalah kebersamaan. Selain itu juga nilai nasionalisme tinggi yang dimiliki seorang Mohan. Seperti halnya ajaran Mahatma Gandhi, Swadesi, bahwa perubahan dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dari apa yang nampak di hadapan kita. Jika kita dapat memanfaatkannya dengan baik maka perubahan tidak mustahil kita lakukan.
*Jurnalis BBC, Founder Practice English Tanjungharjo, Kecamatan Kapas