Film No Country for Old Men dan Kehidupan yang Tidak Hitam Putih
Minggu, 11 September 2016 12:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
FILM ini keren menurut saya. Apalagi tokoh jahatnya. Wah hebat. Namanya Anton Chigurh. Potngan rambutnya unik. Dia adalah pembunuh berdarah dingin. Dia membunuh orang seolah-olah makan mangga muda milik tetangga. Ambil dan makan, selesai, begitu saja. Yang lebih unik lagi, dia memiliki alat pembunuh yang aneh. Sepintas seperti kompresor atau tabung oksigen dimana mempunyai selang dan ujungnya yang ternyata adalah alat tembak.
Tokoh-tokoh dalam film ini rata-rata buruk-buruk. Tidak hitam putih maksudnya. Orang bisa baik di satu sisi dan buruk di sisi lain. Atau pada saat yang bersamaan.
Cerita berawal dari sebuah transaksi narkoba yang tidak berjalan mulus, yang berakhir saling bunuh. Semua tewas. Lalu masuklah di situ Llewelyn Moss, seorang mantan prajurit, yang sedang berburu. Dia melihat transaksi gagal itu lalu mengambil dan membawa lari uang dalam transaksi itu. Dan dari situlah petaka berawal. Dia akhirnya diburu oleh penjahat berdarah dingin si Anton Chigurh tadi, yang ditugasi pemilik uang untuk mendapatkannya kembali. Tahu uangnya dibawa Llewelyn, dia buru akhirnya.
Bagi pencari hikmah atau pesan moral dalam sebuah cerita, bakal kecewa dengan film ini. Tidak ada pesan yang gamblang. Bahkan si Anton seakan dijadikan lakon utama di film ini. Tapi di sini justru kelebihan film ini, penonton diharuskan berpikir sendiri. Si Llewelyn sendiri yang nyata-nyata lawan Anton, bukan serta merta orang baik. Dia orang biasa yang ketika melihat uang juga jadi mata duwitan. Dia mengambil sekoper uang hasil transaksi gagal itu lalu membawanya lari. Dia sebenarnya baik, punya keluarga seperti orang pada umumnya. Istrinya juga orang baik. Cantik lagi. Salah satu kebaikan yang nampak adalah dia sangat sayang pada istrinya. Dia berusaha agar istrinya tidak terlibat. Llewelyn ini akhirnya mati, diburu oleh Anton lalu ditembak mati.
Film ini bukan sekadar film action atau triller seperti biasanya. Konfliknya lebih menjurus pada psikologi. Mengenai judul No Country for Old Men sendiri juga tidak jelas. Yang nampak adalah ada tokoh dalam film ini, orang tua, seorang sherif yang narator dalam film, mengatakan biasa tidak membawa pistol atau senjata saat bertugas. Itu adalah masanya. Bukan masa kini ketika ada penjahat macam Anton yang melakukan kejahatan unik seperti tadi. Masa dia telah menjadi tua. Masanya telah habis. Tak ada ruang bagi orang seperti dia di daerah gersang dalam film itu. Harus ada tatanan, pandangan dan semangat baru yang mestinya lahir.
No Country for Old Men dirilis 2007 lalu dan menjadi pemenang Academy Awar, ditulis dan disutradarai oleh Joel dan Ethan Coen. Film ini berdasar sebuah novel karya Cormac McCharty, penulis Amerika Serikat.
Akhir film juga tidak umum. Antiklimaks. Penonton film ini banyak yang berujar maksudnya gimana film ini? Tapi nikmati saja.