Film Manjhi The Mountain Man (Ketan Mehta, 2015)
Kekuatan Cinta Mendorong Lelaki Ini Membelah Gunung
Minggu, 09 Oktober 2016 13:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
KEKUATAN cinta mendorong lelaki India ini untuk membelah gunung. Apa yang terpikir di benak Anda? Mampukah dia?
Ini nyata. Lelaki itu benar-benar ada. Film ini, Manjhi The Mountain Man, hanya semacam dokumentasi keberadaan lelaki itu. Dokumentasi untuk memudahkan orang memahami seseorang, memahami persoalan, dengan sebuah sudut pandang yang baik. Sudahkan Anda menontonnya? Ini akan sedikit saya ceritakan. Sedikit saja. Sebab Anda harus menontonnya sendiri.
Judul film ini Manjhi. Yaitu nama orang yang disebut The Mountain Man itu.
Dia hidup bersama istrinya di sebuah daerah bernama Bahlore, India. Mereka kawin lari sebab persoalan kelas sosial yang menghambat masyarakat di India saat itu. Mereka hidup di sebuah perkampungan terpencil di Bahlore yang jauh dari kota. Akses ke kotapun sangat sulit. Tidak ada kendaraan yang melintas di sana, yang bisa dengan mudah menghubungkan dengan kota. Yang paling parah, sebuah gunung berdiri kokoh seakan menjadi benteng dan dukung keterpencilan mereka.
Dia membangun rumah tangga kecil namun bahagia bersama sang istri, Phaguniya. Hingga mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Mandji sebagai kepala keluarga bekerja keras menafkahi istri dan anak. Ia bekerja sebagai buruh tani, sementara Phaguniya bekerja membuat patung mainan dari tanah liat untuk dijual. Pada saat itu kehidupan mereka penuh kebahagian walaupun dililit kemiskinan. Hingga suatu hari ia pun menerima kabar bahwa istrinya sedang hamil anak kedua. Kebahagiannya sebagai sang ayah tiada terkira, hal ini membuat mandji bekerja lebih giat.
Nah, suatu ketika saat mengantarkan makan siang ke tempat kerja suami, Phaguniya jatuh dari bukit. Dia mengalami luka parah dan pendarahan. Kita tahu Bahlore merupakan daerah yang paling terbelakang di India, kehidupan masyarakatnya masih sangat jauh dari kata modernitas, tidak ada sekolah, rumah sakit, juga transportasi, dan jalan pun belum diaspal. Maka, dengan sangat terpaksa, Dasrath yang dibantu seorang warga menggendong istrinya menempuh gunung batu selama beberapa hari sejauh 54 kilometer. Hal inilah yang membuat pertolongan medis untuk istrinya terlambat. Istrinyapun meninggal dunia.
Manjhi sangat terpukul. Tak mau kejadian yang menimpanya terulang pada orang lain, dia akhirnya dia bekerja siang dan malam untuk memahat gunung penghalang tersebut dengan hanya menggunakan palu dan alat pahat. Selama 22 tahun dia melakoni itu. Rintangan tidak sedikit maupun mudah. Orang sekampung menganggapnya gila. Bahkan dia juga ketipu oleh pemerintah yang menjanjikan dia bantuan.
Pada akhirnya usahanya tidak sia-sia. Jalan telah terbuka. Gunung setinggi 300 kaki terbelah. Orang bisa lewat sudah.
Kisah Manjhi memberikan dorongan semangat bagi kita tentang bagainana mengatasi sebuah kemustahilan. Ah, tontonlah. Saya tak mau banyak bicara.