Buku For One More Day Karya Mitch Albom
Pelajaran Menghargai Hidup dari Chick Borenetto
Senin, 24 Oktober 2016 21:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
INI adalah kisah yang diceritakan oleh Mitch Albom dalam bukunya berjudul For One More Day. Kisah ini pun dia dapat dari Chick Borenetto sendiri dan juga kliping-kliping koran tentang Chick. Kisah Chick tentang penyesalan yang selalu ada di akhir memang memilukan. Tetapi menjadi pelajaran bagi diri kita sendiri seusai membacanya untuk lebih menghargai hidup dan orang yang menyayangi kita.
Ada yang bilang hidup memang penuh dengan masalah, tetapi bila tidak ingin memilikinya, caranya gampang, yakni tidak usah hidup! Betapa gampangnya! Karena itu kerap kali ada orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, mengakhiri semua masalah yang dia punya. Pilihan yang tidak bijak memang, tetapi ada!
Tetapi bagaimana kalau kita memiliki kesempatan untuk bertemu satu hari saja dengan seseorang yang kita cintai dan mereka telah meninggal dunia. Iya, kesempatan bertemu mereka meskipun cuma satu hari. Apalagi bila kita sangat merindukan mereka, banyak sekali yang kita katakan pada mereka, terutama permintaan maaf telah mengecewakan. Bertemu dengan seseorang yang sudah tiada meski hanya satu hari saja, apa yang akan kau lakukan?
Kemujuran itu dialami oleh Chick Borneto. Meski bisa dibilang tidak mujur, karena dia berkali-kali mencoba bunuh diri, menelantarkan keluarga, menenggak minuman keras setiap harinya, dan pada akhir putus asanya itu, pada saat sekarat dia bertemu dengan ibunya. Lebih tepatnya hantu ibunya.
Chick Borneto hanyalah nama panggilan, nama aslinya Charley Bornetto. Tetapi ayahnya selalu memanggilnya Chick dan keterusan begitu. Pada masa kecilnya, Chick sangat mengagumi ayahnya, dia selalu berusaha menyenangkan ayahnya. Berlatih keras pada bisbol dan melupakan pendidikannya. Namun sebuah kejadian yang menohok, lantaran ayahnya pergi dari rumah tanpa pamit padanya. Pertanyaan-pertanyaan itu pun tak pernah terjawab sampai dia dewasa. Kepergian ayahnya membuat Chick marah pada ibunya.
Kepergiaan ayahnya membuat hidup Chick tidak mudah. Dia dan ibunya tinggal di desa kecil, sehingga kabar itu pun cepat meluas. Chick seringkali mendapat tatapan iba atau bahkan tatapan tidak suka pada dirinya. Sikap mereka bahkan jauh lebih buruk pada ibunya, yang notabene seorang janda kembang. Chick bahkan pernah menghajar anak-anak tetangga yang berusaha mengintip ibunya sedang ganti baju.
Kedekatan Chick dengan ibunya cukup baik. Meski dia selalu memilih ayahnya, sampai pada saat ibunya menghembuskan nafas terakhir, Chick tidak ada di sana. Penyesalan pun ikut menghantui dan dia perlahan merusak hidupnya sendiri.
Pada saat sekarat, Chick terlempar di rumahnya sendiri dan bersama ibunya. Ibunya mengajak Chick berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya sambil bercakap-cakap. Meski akal sehat Chick berulang kali menegaskan bahwa ibunya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, tetapi Chick memang menikmati kebersamaannya dengan ibunya.
Percakapan-percakapan Chick dengan ibunya yang selalu dirindukan Chick terjadi. Meski dia sudah berusia setengah abad, dia masih membutuhkan kehangaran cinta ibu. Ibunya tidak menua dalam penglihatannya, kehadirannya membuat Chick lebih memahami hidupnya, membuka matanya apa yang telah dia lewatkan, dan bagaimana dia harus bangkit untuk mengatasinya.
For one more day ditulis dengan gaya khas Mitch Albom yang sukses Teusday With Morie-nya memang berhasil membius pembaca untuk ikut hanyut mengalami kepahitan Chich di tahun-tahun setelah ibunya meninggal. Dan kegembiraannya bertemu sang ibu meskipun dia sekarat. Barangkali kita pernah ingin bertemu satu hari saja lagi dengan dia, yang sudah tidak ada di dunia ini. (ver/tap)