Novel The White Tiger Karya Aravind Adiga
Jumat, 25 November 2016 18:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
NOVEL The White Tiger ini adalah karya penulis India bernama Aravind Adiga. Novel ini keren. Tak rugi mendapat penghargaan Man Booker Prize pada tahun 2005 lalu. Sebagai pembaca buku yang tidak begitu rajin, novel ini cukup menyenangkan bagi saya. Ya, paling tidak saya bisa tertawa terpingkal-pingkal menikmati ceritanya. Bahasa yang dipakai oleh tokoh dalam menceritakan kisah hidupnya sangat lugas dan blak-blakan, seperti bahasa orang yang sedang marung. Renyah dan sesekali bikin geregetan.
Cukup itu saja? Tentu saja tidak. Judulnya saja menyeramkan. Macan putih. Tapi tak ada cerita macan di buku ini. Itu nama julukan untuk tokoh utama yang juga berlaku sebagai penutur. Balram namanya.
Ceritanya adalah tentang Balram yang mengirim surat kepada perdana menteri China, Mr. Jiabao, yang akan datang ke India untuk menemui intrepreneur hebat di negara tersebut. Balram merasa dirinyalah intrepreneur yang paling tepat untuk ditemui oleh perdana menteri. Untuk itu, lewat suratnya, Balram mulai menceritakan kisah hidupnya sejak dirinya kecil hingga sukses seperti sekarang ini. Uniknya, lompatan besar dalam hidup Balram merupakan sesuatu yang tidak biasa, yaitu ketika ia memutuskan untuk membunuh majikannya sendiri: Mr. Ashok. Percayalah, ini bukan spoiler, karena pada sinopsis di sampul belakang buku, hal tersebut telah diungkapkan dengan gamblang. Ini menggelitik rasa ingin tahu saya. Mengapa Balram sampai membunuh Mr. Ashok?
Dengan sarkastis, Balram menceritakan kehidupan pahitnya yang penuh dengan kerja keras. Balram kecil adalah bocah yang jujur dan penurut. Ia tinggal di wilayah ‘Kegelapan’ di India, dekat sungai Ganga yang hitam dan kotor. Bagi turis asing, sungai Ganga dikenal sebagai sungai suci, namun Balram menggambarkan sungai tersebut dengan apa adanya, sehingga siapapun yang mendengar ceritanya, pasti akan langsung merasa mual dan jijik untuk berada dekat-dekat sungai tersebut. Lewat suratnya, Balram mengungkapkan segala hal yang selama ini sering digembar-gemborkan pejabat India kepada masyarakatnya dan pihak luar India, yang umumnya terdengar manis tapi pada kenyataannya tidaklah demikian. ''Satu fakta tentang India adalah: putarbalikkan pernyataan apapun yang Anda dengar dari perdana menteri kami tentang negara ini dan Anda akan mendapatkan informasi sebenarnya.” (hlm 16). Kesenjangan sosial benar-benar terasa sekali di India. Perbedaan kasta, hubungan antara majikan-pembantu, hingga lingkungan tempat tinggal antara orang kaya dan miskin benar-benar seperti langit dan bumi. Ditambah lagi dengan korupsi yang begitu merajalela di seluruh penjuru negeri. Praktek suap-menyuap dianggap biasa, bahwa wajib. Tragisnya, hampir semua orang (India) memaklumi hal tersebut, bahkan berpikir akan melakukan hal yang sama (korupsi dan menyuap) bila berada di posisi yang sama.
Pada suatu ketika, Balram menjadi supir seorang majikan yang bernama Mr. Ashok. Karena dibesarkan di Amerika, Mr. Ashok memiliki pemikiran yang jauh berbeda dengan kebanyakan orang India. Mr. Ashok adalah pria yang tampan dan juga punya hati nurani. Ashok memperlakukan Balram dengan baik. Inilah yang membuat Balram menyanyangi dan menghormati majikannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Mr. Ashok mulai berubah. Kondisi dan lingkungan telah mengubah Ashok dari seorang yang jujur, menjadi tukang suap seperti ayah dan kakaknya—hal ini sangat ditakutkan Balram. Namun demikian, hal yang sama juga terjadi terhadap Balram. Dalam buku ini kita akan mengikuti perkembangan karakter Balram yang awalnya setia dan jujur, hingga menjadi orang tidak sama lagi. Pada akhirnya, ia memang membunuh majikannya. Dan ia tidak menyesali perbuatannya itu. Berkat uang ‘pinjaman’ dari mantan majikannya, Balram sukses menata hidupnya. Kini, ia adalah salah satu intrepreneur yang sukses, meski tidak dikenal secara luas. Apakah Balram melakukan hal yang sama dengan orang-orang kebanyakan? Jawabannya adalah: ya, ia menyuap. Menyuap polisi, menyuap pejabat, semuanya. Lalu, mengapa Balram yang kini telah sukses justru menceritakan kisah hidupnya secara blak-blakan kepada perdana menteri China yang hendak berkunjung ke India? Di akhir dalam novel ini, kita akan menemukan alasan sebenarnya.
Bacalah sendiri dan jangan lupa bahagia.