Tokoh Pak Raden itu Telah Pergi Selamanya
Sabtu, 31 Oktober 2015 12:00 WIBOleh Nasruli Chusna *)
*Oleh Nasruli Chusna
NAMA Suyadi mungkin masih asing di dunia pertelevisian nasional. Namun tokoh Pak Raden dalam film boneka serial anak-anak Si Unyil amatlah tenar hingga tahun 90-an. Pada serial itu dia berperan sebagai tokoh antagonis. Namun karakternya yang kuat, membuat para penonton, termasuk penulis, tidak pernah lupa akan perangainya.
Namanya meredup seiring perkembangan zaman. Pria yang memilih membujang dalam hidupnya itu merupakan tokoh yang konsisten mendidik anak-anak Indonesia. Terutama lewat dunia seni dan televisi. Saban hari dia menyampaikan nilai sosial lewat berbagai acara yang dibawakan. Dia juga kerap menjadi bintang video klip lagu anak-anak.
Bisa dibilang, layar kaca kita saat ini krisis tayangan bagi anak-anak. Arus industri membuat pertelevisian kita harus menayangkan program yang sesuai dengan kepentingan sponsor dan pemilik modal. Sementara TVRI sebagai satu-satunya stasiun TV milik Negara makin ditinggalkan oleh masyarakat. Keberadaannya seperti ada, tapi tidak ada.
Anak-anak kita saat ini lebih mengenal istilah cabe-cabean daripada karya seni daerah. Anak-anak lebih akrab dengan permainan COC daripada kelereng, egrang dan permainan tradisional lain, yang lebih bisa mengasah fisik dan kecerdasan anak-anak.
Sebab itu orang-orang seperti Pak Raden masih kita butuhkan. Hak itu agar ada yang menemani usia emas anak-anak negeri. Sehingga anak-anak kita tidak meninggalkan akar budaya bangsa.
Pak Raden yang menemani keceriaan anak-anak sepanjang hidupnya, kini telah tiada. Di akhir hayatnya dia pernah menawarkan karya lukisnya pada Presiden Jokowi, waktu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta seharga 60 juta rupiah. Jika saat itu jadi dibeli, uangnya akan digunakan untuk berobat dan membiayai penerbitan bukunya mengenai wayang.
Kepergian Pak Raden untuk selamanya pada Jumat 30 Oktober 2015 malam itu memang patut kita kenang. Ketiadaannya menjadi duka bagi layar kaca kita. Lebih jauh lagi merupakan duka bagi anak negeri. (*)
*Penulis jurnalis beritabojonegoro.com (BBC), pegiat komunitas Langittobo