Keluarga Berencana
Jumlah Akseptor KB Laki-Laki Masih Rendah
Kamis, 04 Februari 2016 17:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota - Setelah sekian puluh tahun samar-samar terdengar, kini Program Keluarga Berencana (KB) dua anak cukup diserukan kembali oleh Pemerintah melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Semua lapisan masyarakat paham program KB dimaksudkan selain untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, juga mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Selama ini, secara umum masih kuat anggapan bahwa peserta KB pantasnya perempuan atau kaum istri. Padahal para laki-laki atau kaum bapak bisa juga menjadi peserta atau akseptor KB. Sudah lama dkenalkan program KB untuk kaum bapak, yakni MOP (Medis Operatif Pria) Vasektomi dan pemakaian kondom.
Baca juga: Suntik Masih Jadi Alat Kontrasepsi Paling Diminati
"Hanya saja dalam perkembangannya masih jarang para bapak yang mau ikut KB. Masyarakat berfikir kalau KB itu hanya kewajiban ibu atau perempuan," kata Kasubid P3KB Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bojonegoro Siti Uridaturosiyah, saat ditemui beritabojonegoro.com di kantornya, Jalan Patimura, Kamis (04/02).
Dia mengungkapkan, berdasar data tahun 2015 akseptor KB MOP Vasektomi hanya berjumlah 835 orang. Sedangkan akseptor KB kondom berjumlah 4.796 orang. Tentunya prosentase jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan total akseptor pada tahun yang sama, yakni 213.869 orang.
"Data tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran laki-laki untuk mengikuti program KB. Jumlah itu tidak jauh beda dengan tahun 2014, jumlah akseptor MOP hanya 822 orang dan kondom 3.793 orang," ungkapnya.
Lebih lanjut diterangkan, salah satu keberhasilan dari program KB adalah tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya KB. Salah satunya kesadaran akan peran KB itu tidak hanya dibebankan kepada istri.
"Perempuan ada juga yang mungkin memiliki masalah kesehatan, sehingga tidak bisa KB. Kalau demikian situasinya tentu laki-laki harus bisa menggantikan," ujar Uri.
Selain itu, Siti Uridaturosiyah menandaskan, yang paling penting dan mesti ditekankan adalah motivasi para akseptor mengikuti program KB selayaknya atas kesadaran sendiri. "Jangan atau bukan atas dasar paksaan petugas penyuluh KB," pungkasnya. (pin/tap)