International Workshop on Innovation Governance in Indonesia
Ini Kata Kang Yoto tentang Pentingnya Inovasi
Kamis, 31 Maret 2016 18:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota-Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto M Si atau yang akrab dengan sapaan Kang Yoto menjadi pembicara dalam acara International Workshop on Innovation Governance in Indonesia – di Universitas Indonesia, Depok, kemarin, Rabu (30/03). Kang Yoto bicara lumayan panjang tentang reformasi birokrasi dan pentingnya inovasi pemerintahan di Indonesia.
“Inovasi itu akibat, reformasi itu jalan. Pelayanan terbaik itulah ruhnya,” kata Kang Yoto membuka paparannya.
Pria yang pernah menjabat sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Gresik itu menguraikan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan, harus selalu berorientasi kepada rakyat. “Kami layani mereka, kami lindungi mereka, kami beri pencerahan kepada mereka, kami berdayakan mereka, kami mendengar, kami bekerja bersama mereka, kami gunakan semua alat dan sumberdaya untuk pembangunan berkelanjutan,” jelas Kang Yoto.
Mengapa kami membutuhkan inovasi? Mengapa kami membutuhkan inovasi? Kang Yoto menjelaskan, alasan obyektifnya karena ada masalah yang besar dan tantangan yang besar, dengan keterbatasan sumber daya manusia, biaya, waktu, tekanan publik dan spirit masa depan untuk semua. Bojonegoro dengan anugrah sumber daya yang dimiliki dengan segala potensinya juga memiki tantangan yang besar. “Kami belajar dari kesalahan untuk segera melakukan inovasi berbasis rakyat, segera mengimplementasikannya dengan tepat. Kesalahan itu terutama terkait ; 1) kesenjangan antara yg diperintahkan dgn outputnya, 2) jebakan nomenklatur pada program, 3) budaya/ zona nyaman pada aparat pejabat/PNS, 4) mengancam, memecat tidak selamanya efektif,” jelas Suyoto.
Selanjutnya, bagaimana mewujudkan inovasi? Kang Yoto menjelaskan, selesaikan semua permasalahan dengan 1) memastikan solusi problem berorientasi rakyat, 2) mendobrak jebakan zona nyaman, 3) reorentasi pembangunan, 4) transformasi dari selfish ke service, 5) tetapkan jangan, yakni jangan katakan tidak mungkin, jangan komplain, jangan katakan tidak ada uang dan jangan korupsi.
Kemudian bagaimana partisipasi publik dapat melaksanakan dan meningkatkan inovasi? mekanisme lebih efektif dengan 4D; direct than represent, dialogic than debate, distribute secara adil, digital untuk mempercepat proses. Beberapa caranya : 1) mendekatkan jarak kebijakan dengan problem rakyat, 2) memastikan hubungan input, proses dan kebijakan, 3) menjaga budaya inovatif, transparansi, keterbukaan, management reviews, dan lain-lain. Hasil yang diharapkan perubahan besar,peningkatan pengetahuan, peningkatan keahlian, belajar bersama dan pembangunan berkelanjutan.
Hasilnya saat ini Bojonegoro berhasil keluar dari kesulitan, membangun secara inklusif (rakyat bisa berperan bersama sebagai subyek pembangunan) dan Bojonegoro merasakan pembangunan sosial, ekonomi, pembangunan inklusif dan berkelanjutan sesuai indikator Gini Ratio 0,24, pertumbuhan ekonomi yang positif meningkat, peningkatan kualitas hidup dan penyediaan lap kerja ditunjukkan dari variabel menurunnya penduduk miskin di bawah 14 % dan TKT pengangguran terbuka menurun menjadi 3,10 % dan banyak indikator positif lainnya.
Kang Yoto menegaskan bahwa Kabupaten Bojonegoro siap menuju era SDGs Lesson to learn. “Pengakuan dan kejujuran atas keadaan yang sebenarnya modal kita untuk meraih hidup yang lebih baik, percaya kunci dari semua penyelesaian masalah adalah manusia yang sehat, cerdas, produktif & bahagia, tidak ada keberhasilan tanpa sinergitas ketika ada pihak yang dikalahkan, kekuatan itu pada kita. Kami percaya bahwa inovasi itu akibat, reformasi itu jalan, dan pelayanan terbaik itu ruhnya. Menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi sesama manusia dan planet itulah tujuannya. Dan percaya atau tidak keterbatasan itulah cambuknya, sementara fleksibilitas itulah anginnya,” tegas Suyoto. (ver/moha)