Tradisi Santri Kilatan di Ponpes Langitan
Jumat, 17 Juni 2016 10:00 WIBOleh Heryanto
Oleh Heryanto
Tuban – Setiap memasuki bulan puasa Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Langitan di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, mengadakan tradisi unik yakni santri kilatan. Ratusan anak-anak kecil mulai usia 10-25 tahun hingga orang dewasa diajak mengenyam pendidikan agama di ponpes legendaris itu.
Pondok yang berada di utara Bengawan Solo yang melintas di wilayah Widang-Babat itu juga selalu menggelar pengajian kitab kuning untuk umum selama bulan Ramadan. Sehingga banyak anak-anak, pemuda, orang tua yang datang untuk menimba ilmu pada bulan suci ini.
Menurut salah satu pengurus Ponpes Langitan, Muslih, jika para santri yang datang itu merupakan santri baru atau santri kilatan. Dinamakan santri kilatan karena mereka hanya mengikuti pengajian selama bulan Suci Ramadan saja.
"Kilatan itu berasal dari kata kilat, yang diartikan cepat. Jadi mereka yang mengaji Ramadan kita namakan ngaji kilatan," ujarnya.
Setiap tahunnya, jumlah santri di ponpes itu terus meningkat, baik santri yang menetap maupun santri kilatan pada bulan Suci Ramadan. Rata-rata pendaftar dari berbagai daerah di Jawa Timur mencapai 500 santri lebih yang ingin menjadi santri kilatan di bulan Ramadan. "Dari Jawa Tengah juga banyak, seperti Rembang, Kudus juga ngaji kilatan disini," ungkapnya.
Saat mendaftar, santri kilatan itu diberikan kebebesan oleh pengurus dalam memilih kitab yang akan diikuti selama 27 hari. Ia mencontohkan, jika santri itu masih kecil maka kitabnya juga ringan. Namun, jika umurnya tua kitabnya juga sudah lumayan tinggi.
"Tetapi kalau habis salat Ashar sampai menjelang buka puasa kitabnya sama. Seluruh santri kilatan dan santri yang menetap mengikuti pengajian satu kitab," tambahnya.
Pondok yang pernah diasuh oleh Almarhum KH Abdullah Faqih itu sampai saat terus berkembang. Kini, jumlah santrinya mencapai 4.000 lebih baik putra maupun putri. Tak sedikit lulusan Ponpes Langitan itu menjadi tokoh besar maupun menjadi orang alim yang disegani banyak orang.
"Di sini kalau Bulan Ramadan seperti ini juga menugaskan para santri untuk berdakwah di daerah yang masih minim keagamaan. Tahun ini ada sekitar 30 santri yang memang program pondok, belum yang utusan kiai," pungkasnya. (her/kik)