Menteri Keuangan yang Hapenya Jadul
Sabtu, 20 Agustus 2016 07:00 WIBOleh Muhammad Roqib *)
*Oleh Muhammad Roqib
Suatu siang di tahun 2006, ada kabar Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengisi acara seminar di gedung pertemuan Samntha Krida Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Mendengar kabar itu, saya langsung meluncur ke kampus biru itu. Saya ingin meliput dan wawancara dengan Sri Mulyani, pikir saya. Kebetulan saat itu saya bertugas di desk ekonomi, salah satu surat kabar di Jawa Timur.
Sepeda saya parkir di samping gedung Samantha Krida, persis di depan gedung Fakultas Hukum Unibraw. Anak-anak kuliah terlihat bergerombol, bercengkerama satu dengan lainnya, dan ada pula yang terlihat serius berdiskusi di pojok gedung Fakultas Hukum itu. Sekejap saya teringat beberapa tahun lalu, saya juga sering asik mengobrol di teras kampus itu usai kuliah. Suasana serius di perkuliahan seperti luruh saat bisa mengobrol dengan teman-teman di teras itu.
Saya bergegas masuk ke ruangan seminar Samantha Krida. Tetapi, ah saya terlambat. Seminar tentang ekonomi itu sudah usai. Sri Mulyani tampak keluar ruangan seminar lalu bergegas masuk ke salah satu ruangan tamu. Pintunya ditutup. Saya tak habis akal, saya ketuk ruangan itu beberapa kali. Pintu saya buka sedikit.
“Bu Ani, saya mau bertemu dan wawancara sebentar, lima menit,” ujar saya sambil menunjukkan lima jari saya.
“Okelah masuk, tapi enggak lebih dari lima menit ya,” ujar Sri Mulyani.
Saya pun bergegas masuk. Tapi saya tidak langsung wawancara, saya memperkenalkan diri, nama saya dan media tempat saya bertugas. Saya perhatikan penampilan Bu Ani ini. Seperti biasa rambutnya dipotong cepak, memakai kaca mata, dan dandanannya juga biasa seperti sering saya lihat di televisi. Lalu, saya perhatikan dia memegang handphone yang kelihatan jadul banget. Saya lalu bilang,”Bu Ani, anda setiap hari memakai handphone itu buat bekerja?,” ucap saya.
Ia lalu mengangkat handphone itu, hape jadul yang hanya bisa buat telepon dan mengirim pesan pendek. “Iya saya setiap hari memakai handphone ini buat bekerja, buat komunikasi dengan anak-anak saya. Hape saya ya cuma ini,” ucap Bu Ani.
“Buat saya yang penting itu nilai fungsi hape ini bisa buat komunikasi, bukan mereknya,” ujarnya lagi. Padahal, dalam hati saya hape itu tidak lebih baik dari hape yang saya pegang. Pikir saya, sekelas menteri keuangan masak tidak bisa beli hape yang lebih bagus. Tapi, Sri Mulyani memang tampak selalu tampil sederhana.
Saya pun lalu wawancara soal kondisi ekonomi makro saat itu. Dengan bersemangat, Sri Mulyani lalu cerita panjang lebar soal kondisi ekonomi makro, soal kondisi keuangan nasional, soal lulusan perguruan tinggi yang harusnya bisa menciptakan banyak lapangan kerja, dan seterusnya.
Ternyata bincang-bincang dengan Bu Ani jadi berlangsung setengah jam lebih. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos, analisisnya yang tajam soal ekonomi, dan gayanya yang sederhana menyampaikan masalah ekonomi yang rumit, membuat perbincangan dengannya tidak terasa. Setelah saya merasa cukup mendapatkan bahan wawancara dengannya, saya pun lalu pamit dan bergegas ke kantor. Mengetik berita hasil wawancara dengan Bu Ani. Menteri keuangan yang hapenya jadul.
Kesederhanaan, kemampuannya yang luar biasa dibidang ekonomi dan keuangan membuat Sri Mulyani terpilih lagi sebagai menteri keuangan di kabinet kerja Joko Widodo. Sri Mulyani tiga kali menjabat sebagai menteri keuangan. Dalam kabinet Susilo Bambang Yudhoyono dulu, Sri Mulyani menjabat sebagai menteri keuangan di kabinet KIB jilid satu dan jilid dua.
Ilustrasi foto www.brilio.net