Catatan Singkat Film Di Timur Matahari (2012)
Semua Orang Sama di Mata Tuhan
Sabtu, 20 Agustus 2016 13:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Satu lagi film nasionalisme yang wajib Anda tonton. Sebuah film yang mengisahkan Papua, Di Timur Matahari. Film ini dibuat tahun 2012. Diproduseri dan disutradari oleh Ari Sihasale. Dibintangi oleh Larua Basuki (Vina), Lukman Sardi (Pendeta Yakob), Ririn Ekawati (Bu dokter), Ringgo Agus (Ucok), dan Simson Sikoway (Mazmur), film ini telah berhasil meraih penghargaan Indonesia Movie Awards (IMA) tahun 2013.
Film ini bersetting tanah papua, pulau terbesar se Indonesia dan letaknya di ujung timur. Tanah papua yang katanya paling terbelakang dalam segi pembangunan. Dan juga sangat tertinggal dari segi sumber daya manusia. Konflik ini sangat pelik, terutama mengenai hukum adat, kemanusian, perdamaian dan nasionalisme.
Tokoh utamanya adalah seorang putra Papua bernama Mazmur. Dikisahkan, setiap pagi Mazmur datang ke atas bukit. Di sana dua menunggu kedatangan seorang guru untuk mengajar di satu-satunya sekolah yang ada di wilayah tersebut. Dia bersama teman-temannya menikmati kehidupan sekolah dengan bernyanyi lagu kebangsaan karena tidak ada guru.
Jangan membayangkan mereka mengenakan tas punggung, sepatu hitam mengkilat, dan wajah-wajah yang selalu sibuk menatap buku. Mereka, pura-putra Papua, hanya mengenakan seragam merah putih seadanya, bertelanjang kaki, dan tak memiliki membawa tas atau buku yang memberatkan.
Konflik utamanya dimulai ketika ayah Mazmur meninggal dunia karena dibunuh. Keluarga hendak membalas dendam, karena hukum adat memang sangat dijunjung tinggi. Mata di balas mata, gigi dibalas gigi, begitu aturan mereka junjung.
Selain itu, akibat meninggalnya ayah Mazmur, dalam hukum adat, Ibu Mazmur diharuskan memotong jarinya untuk menunjukkan kehilangan suami. Keras memang, tetapi memang begitulah kehidupan di sana.
Keindahan alam di sana memang begitu indah. Terlihat dari gunung-gunung yang menjulang tinggi. Bukit-bukitnya yang hijau dan rumah-rumah adat Irian Jaya. Dan sungai yang jernih tanpa plastik -plastik di tepi sungainya.
Dalam film ini, mengajak untuk saling bersama-sama mengasihi. Karena semuanya adalah sama di mata Tuhan, tidak peduli suku, warna kulit atau bahasa. Dan juga perang tidak menyisakan kemenangan apapun.Perang menyababkan satu orang meninggal, maka seorang anak menjadi yatim dan seorang istri menjadi janda.
Film ini rekomended untuk Anda, yang ingin memperkokoh pemahaman bagaimana persatuan itu sangat penting. Mari saling menggenggam tangan untuk negeri ini.