Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan oleh Anggota DPR RI Didik Mukrianto
Pentingnya Meneguhkan Kembali Makna Pancasila dengan Budaya Santun
Minggu, 04 September 2016 16:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Bojonegoro Kota-Sosialisasi 4 pilar kebangsaan ini adalah tugas konstitusi yang wajib dilakukan oleh anggota MPR RI di daerah pemilihannya masing-masing. Pada kesempatan kali ini anggota MPR RI Didik Mukrianto SH MH kembali mengadakan sosialisasi di Bojonegoro yang bekerja sama dengan para budayawan di Kelompok Kerja (Pokja) Kebudayaan Bojonegoro, kemarin, Sabtu (03/09/2016).
Kegiatan ini dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai elemen masyarakat, budayawan, mahasiswa dan tokoh masyarakat.
Dalam paparannya, anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat ini menjelaskan tentang keharmonisan dan kesantunan budaya bangsa yang mengedepankan sikap toleran dan menghargai segala bentuk perbedaan pada bangsa ini.
“Bangsa Indonesia memiliki budaya sikap guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan, yang semua itu tertuang dalam tubuh Pancasila. Makna yang terkandung di dalam Pancasila menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana kita menjaga persatuan dan kesatuan kita, bagaimana kita hidup dalam bermasyarakat,” tuturnya di hadapan peserta.
Selain itu, pria yang sekarang menjadi ketua Karang Taruna ini juga menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya bangsa yang penuh santun itu. Sebab, dengan budaya santun itulah, bangsa Indonesia yang penuh keragaman ini bisa bersatu. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, semua itu disatukan tanpa membedakan ras, suku, maupun kelompok.
Seiring bertambah majunya teknologi yang ada, budaya santun tersebut mulai terkikis dengan masuknya budaya asing tanpa adanya filter untuk memilah antara yang positif dengan yang negatif. Masyarakat, khususnya para remaja, lebih cenderung mengikuti budaya asing daripada bangsanya sendiri.
“Fungsi Pancasila sebagai pedoman dan landasan Bangsa sangatlah penting untuk memilah dan menyesuaikan budaya asing dengan budaya bangsa kita. Sehingga kita bisa lebih selektif lagi terhadap budaya asing yang masuk, budaya yang positif kita gunakan untuk membantu memajukan bangsa kita. Sedangkan budaya yang negatif kita buang jauh-jauh karena karena tidak sesuai dengan pribadi bangsa kita,” pungkasnya.(pin/moha)