Oh Bu Miranda, Sang Sosialita
Kamis, 08 September 2016 07:00 WIBOleh Muhammad Roqib *)
*Oleh Muhammad Roqib
Suatu pagi di tahun 2005 di Malang
Miranda Swarai Goeltom, pakar ekonomi, guru besar, menguji mahasiswa ekonomi pasca sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Keluar dari ruang sidang tesis, saya langsung mencegatnya.
“Apa kabar Bu Mira?,” sapa saya.
“Kabarnya baik,” jawab Miranda sambil bergegas jalan keluar gedung kuliah.
Miranda dandanannya selalu nyentrik, rambut disemir merah kecokelatan, memakai kalung pernik pernik menonjol, dan berbusana santai. Ekonom nyentrik dan sosialita melekat pada diri Miranda Goeltom, sang guru besar ekonomi ini.
Saya pun langsung mengobrol wawancara soal perkembangan ekonomi, sambil jalan, jalannya dia cepat sambil menenteng tas mungil yang dibawanya, tak lama kemudian dia pun masuk mobil sedan hitam yang sudah menunggunya di depan Fakultas Ekonomi Unibraw, dia pun melesat pergi.
Doorstop, wawancara model begini memang kudu tangkas, pikirku, sudah punya bahan, saya pun mengetik beritanya. Kesan Bu Miranda yang sosialita melekat di ingatan.
Waktu pun berlalu. Beberapa tahun kemudian, saya kaget, Miranda Goeltom disebut sebut tersangkut korupsi Bank Indonesia, dia terlibat kasus penyuapan pemilihan deputi senior gubernur Bank Indonesia. Sejumlah anggota DPR RI sudah lebih dulu diciduk oleh KPK. Bu Miranda, ekonom sosialita ini akhirnya juga masuk bui KPK. Oh bu Miranda, sang ekonom nyentrik, sang sosialita.
Ilustrasi foto www.jurnalpatrolinews.com